BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Vertigo merupakan perasaan berputar. Dalam bahasa Indonesia istilah pusing sangat
membingungkan, sebab terlalu luas pemakaiannya, ada istilah daerah yang lebih
tepat, misalnya pusing 7 keliling ( betawi ), oyong ( jawa ), dan lieur ( sunda
), dapat dipakai sebagai ganti vertigo. Istilah pusing yang tidak berputar di pakai kata “ pening
“ sedangkan untuk vertigo
( pening berputar ) dapat di pakai kata pusing.1
Sesuai kejadiannya, vertigo ada beberapa macam
yaitu vertigo
spontan, vertigo
posisi dan vertigo
kalori. Dikatakan vertigo
spontan bila vertigo
timbul tanpa pemberian rangsangan. Rangsangan timbul dari penyakitnya sendiri,
misalnya pada penyakit meniere oleh sebab tekanan endolimfa yang meninggi.
Dalam vertigo posisi,
vertigo timbul
karena perangsangan pada kupula kanalis semi-sirkularis oleh debris atau pada
kelainan servikal. Yang dimaksud debris adalah kotoran yang menempel pada
kupula kanalis semi-sirkularis.1
Pada pemeriksaan kalori juga
dirasakan adanya vertigo
dan vertigo ini
disebut vertigo
kalori. Vertigo
kalori ini penting ditanyakan pada pasien sewaktu test kalori, supaya ia dapat
membandingkan perasaan vertigo
ini dengan serangan yang pernah dialaminya. Bila sama, maka keluhan vertigonys
sdslsh betul, sedangkan bila ternyata berbeda, maka keluhan vertigo sebelumnya patut
diragukan.1
1.2 Anatomi
Fisiologi
Gambar 1. Telinga luar
Telinga bagian luar terdiri dari
daun telinga dan liang telinga. Kerangka daun telinga dan 1/3 terluar liang
telinga luar dibentuk oleh tulang rawan yang elastis, dengan kulit yang
meliputinya melekat sangat erat pada tulang rawan tersebut. Kulit pada bagian
tulang rawan ini mengandung jaringan subkutan, rambut, dan kelenjar serumen.
Kulit yang meliputi bagian tulang liang telinga sangat tipis dan melekat pada
periosteum tanpa rambut maupun kelenjar. Keadaan anatomi ini menyebabkan
serumen atau furunkel hanhya terbentuk atau terjadi pada bagian luar liang
telinga, sedang proses atresia tulang terjadi di 1/3 dalam liang telinga.2
Gambar 2. Anatomi
telinga tengah
Telinga tengah atau cavum timpani
terdiri dari bagian-bagian yang berhubunga dengan antrum mastoid dan sel-sel
udara yang terkait dan melalui tuba eustasius ke nasofaring. Fungsi tuba
eustasius adalah sebagai saluran udara yang menghubungkan nasofaring dengan
telinga untuk menyamakan tekanan pada kedua sisi membran timpani. Tuba
eustasius biasanya tertutup tetapi membuka selama menelan dan menguap. Membrane
timpani membentuk batas lateral telinga tengah. Batas medialnya di bentuk oleh
koklea. Membrane timpani berwarna abu-abu dengan pembuluh darah pada bagian
tepinya. Terddiri dari 2 bagian yaitu pars flasida dan pars tensa. Pars flasida
adalah bagian atas, kecil pada membrane timpani. Pars stensa membentuk bagian
sisanya. Tangkai maleus merupakan bagian yang menonjol dan membagi paars stensa
menjadi klika anterior dan posterior.2
Telinga dalam adalah organ akhir
untuk pendengaran dan keseimbangan. Terletak di pars petrosa tulang temporal
dan terdiri dari 3 kanalis semisirkularis, vestibulum, dan koklea. Tiap
struktur ini terdiri dari 3 bagian : labirin oseosa, labirin membranosa dan
ruang diantaranya. Labirin oseosa adalah selubung tulang luar.labirin membranosa
bagian dalam terletak di dalam labirin oseosa mengandung cairan yang disebut
endolimfe dan struktur sensoris. Ruang diantara ke dua labirin ini berisi
cairan lain, yang disebut perilimfe. Ketiga kanalis semisirkularis mengarah ke
posterior, superior dan horizontal. Tiap kanalis mempunyai ujung yang melebar,
ampula, yang merupakan organ akhir sensoris untuk keseimbangan. Koklea
merupakan suatu struktur berbentuk rumah siput yang terdiri dari 2 , 3 sampai
per empat putaran. Di dalam labirin membranosanya terdapat organ akhir untuk
pendengaran. Nervus akustikus terdiri dari 2 bagian yaitu bagian vestibular dan
koklear yang berturut-turut berhubungan dengan kanalis semisirkularis dan
koklea.2
Gambar 3. Anatomi
telinga
1.3 Keseimbangan
Nervus yang terbesar dalam kanalis
semi sirkularis menghantarkan impuls-impuls menuju otak. Impuls-impuls ini
dibangkitkan dalam kanal-kanal tadi, karena adanya perubahan kedudukan cairan
dalam kanal atau saluran-saluran itu. Hal ini mempunyai hubungan erat dengan
kesadaran kedudukan kepala terhadap badan. Apabila seseorang didorong kesalah
satu sisi maka kepalanya cenderung miring kearah lain ( berlawanan dengan arah
badan yang didorong ) guna mempertahankan keseimbangan, berat badan di atur,
posisi badan dipertahankan sehingga jatuhnya badan dapat dipertahankan.3
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Secara harfiah vertigo berasal dari bahasa Yunani yaitu vertere yang artinya memutar. Pengertian vertigo merupakan sensasi gerakan atau rasa
gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain,
terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh. Vertigo (sering
juga disebut pusing berputar,
atau pusing tujuh keliling) adalah kondisi di mana seseorang merasa pusing
disertai berputar atau lingkungan terasa berputar walaupun badan orang tersebut
sedang tidak bergerak.4
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya
disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat
atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa
lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak
sama sekali.5
Gambar 4. vertigo
Vertigo merupakan ilusi gerakan pada diri pasien atau lingkungan sekelilingnya. Sensasi
vertigo dapat
dirasakan seperti berputar, miring, berayun atau oleng. Vertigo akut sering disertai gejala
otonom ( mual, muntah, keringat dingin, muka pucat pasi ), ketidakseimbangan
badan dan nistagmus ( sehingga penglihatan kabur ). Vertigo menunjukkan gangguan system
vestibular perifer atau sentral. Vertigo subyektif dikatakan bila penderita merasakan dirinya
berputar-putar, sedangkan bila ia merasakan lingkungan sekitarnya yang berputar
dinamakan vertigo
objektif. Vertigo
biasanya muncul karena adanya gangguan sistem vestibular (misalnya terdapat
gangguan pada struktur telinga bagian dalam, saraf vestibular, batang otak, dan
otak kecil/cerebellum). Sistem vestibular bertanggung jawab untuk
mengintegrasikan rangsangan terhadap indera dan gerakan tubuh. Selain itu
sistem vestibular bertugas menjaga agar suatu obyek ada di fokus penglihatan
saat tubuh bergerak. Ketika kepala bergerak, sinyal ditransmisikan ke labirin,
yang terdapat di telinga bagian dalam. Labirin kemudian membawa informasi ke
saraf vestibular yang kemudian diteruskan ke batang otak dan otak kecil, yang
berfungsi mengontrol keseimbangan, postur, dan kordinasi gerak.6
2.2 Penyebab Vertigo7
Adapun
penyebab atau etiologi dari penyakit vertigo antara lain yaitu:
1. Penyakit Sistem
Vestibuler Perifer :
a.
Telinga bagian luar : serumen, benda asing.
b.
Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media
purulenta akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma,
rudapaksa dengan perdarahan.
c.
Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan
vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere ), mabuk gerakan, vertigo
postural.
d.
Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor.
e.
Inti Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombo-sis arteria
serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks.
2. Penyakit SSP :
a.
Hipoksia – Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis,
anemia, hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis dan
insufisiensi aorta, sindrom sinus karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok
jantung.
b.
Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues.
c.
Trauma kepala/ labirin.
d.
Tumor.
e.
Migren.
f.
Epilepsi.
3.
Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipopara-tiroid, tumor
medula adrenal, keadaan menstruasi-hamil-menopause.
4.
Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom
hiperventilasi, fobia.
5.
Kelainan mata: kelainan proprioseptik.
6.
Intoksikasi.
Beberapa obat dan zat kimia (seperti
timbal, merkuri, timah) dapat menyebabkan ototoksitas, yang mengakibatkan
kerusakan pada telinga bagian dalam atau saraf kranial VIII dan menyebabkan vertigo. Kerusakan dapat
bersifat temporer maupun permanen. Penggunaan preparat antibiotik (golongan
aminoglikosida, yaitu streptomisin dan gentamisin) jangka panjang maupun
penggunaan antineoplastik (misalnya cisplatin maupun carboplatin) dapat
menyebabkan ototoksisitas permanen. Konsumsi alkohol, meskipun dalam jumlah
kecil, dapat menyebabkan vertigo
temporer pada beberapa orang.
Sementara dari sumber lain diperoleh
data bahwa klasifikasi vertigo:
2.3 Tanda dan
Gejala7
Adapun gejala yang dirasakan antara
lain :
a.
tempat berpijak terasa berputar atau bergerak-gerak
b.
benda di sekitar bergerak atau berputar
c.
mual, muntah
d.
sulit berdiri
atau berjalan
e.
sensasi kepala terasa ringan, tidak dapat memfokuskan
pandangan
2.4 Pemeriksaan
Penderita Vertigo
2.4.1 Anamnesis
Pertama-tama
ditanyakan bentuk vertigonya: melayang, goyang, berputar, tujuh keliling, rasa
naik perahu dan sebagainya.
Perlu diketahui
juga keadaan yang memprovokasi timbulnya vertigo: perubahan posisi kepala dan
tubuh, keletihan, ketegangan.
Profil waktu:
apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang timbul, paroksimal, kronik,
progresif atau membaik. Beberapa penyakit tertentu mempunyai profil waktu yang
karakteristik. Apakah juga ada gangguan pendengaran yang biasanya
menyertai/ditemukan pada lesi alat vestibuler atau n. vestibularis.
Penggunaan obat-obatan
seperti streptomisin, kanamisin, salisilat, antimalaria dan lain-lain yang
diketahui ototoksik/vestibulotoksik dan adanya penyakit sistemik seperti anemi,
penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit paru juga perlu ditanyakan.
Juga kemungkinan trauma akustik. 8,9
Gambar 5. Profil waktu
serangan Vertigo pada beberapa penyakit
2.4.2 Pemeriksaan Fisik7
Ditujukan untuk
meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik, otologik atau
neurologik – vestibuler atau serebeler; dapat berupa pemeriksaan fungsi
pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi serebelum.
Pendekatan
klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk menentukan penyebab; apakah akibat
kelainan sentral – yang berkaitan dengan kelainan susunan saraf pusat – korteks
serebri, serebelum,batang otak, atau berkaitan dengan sistim
vestibuler/otologik; selain itu harus dipertimbangkan pula faktor
psikologik/psikiatrik yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut.
Faktor sistemik
yang juga harus dipikirkan/dicari antara lain aritmi jantung, hipertensi,
hipotensi, gagal jantung kongestif, anemi, hipoglikemi.
Dalam menghadapi
kasus vertigo, pertama-tama harus ditentukan bentuk vertigonya, lalu letak lesi
dan kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan terapi kausal yang tepat dan
terapi simtomatik yang sesuai.
2.4.3 Pemeriksaan Fisik Umum7
Pemeriksaan
fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik; tekanan darah diukur dalam
posisi berbaring,duduk dan berdiri; bising karotis, irama (denyut jantung) dan
pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa.
2.4.4 Pemeriksaan Neurologis7
Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada:
1. Fungsi vestibuler/serebeler
a. Uji Romberg
Penderita
berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata terbuka
kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus
dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan
bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada
mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian
kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada
kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun
pada mata tertutup.
Gambar 6. Uji Romberg
b. Tandem Gait
Penderita
berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari kaki
kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan
menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.
c. Uji Unterberger
Berdiri dengan
kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan mengangkat
lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi
penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang
melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak
ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan
ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan
lengan lurus ke depan, penderita disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian
diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan
berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan
terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.
Gambar 7. Uji Tunjuk Barany
e. Uji Babinsky-Weil
Pasien dengan mata tertutup
berulang kali berjalan lima langkah ke depan dan lima langkah ke belakang seama
setengah menit; jika ada gangguan vestibuler unilateral, pasien akan berjalan
dengan arah berbentuk bintang.
Gambar 8. Uji Babinsky Weil
2.4.5 Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologis7,8
Pemeriksaan
ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer.
a. Uji Dix Hallpike
Perhatikan
adanya nistagmus; lakukan uji ini ke kanan dan kiri
Kepala
putar ke samping
Secara
cepat gerakkan pasien ke belakang (dari posisi duduk ke posisi terlentang)
Kepala
harus menggantung ke bawah dari meja periksa
Gambar 9. Uji Dix-Hallpike
Dari posisi duduk di atas
tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang dengan cepat, sehingga
kepalanya meng-gantung 45º di bawah garis horisontal, kemudian kepalanya
dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya
vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer
atau sentral.
Perifer (benign
positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul setelah periode laten
2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau
menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue).
Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan
vertigo ber-langsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap
seperti semula (non-fatigue).
b. Tes Kalori
Penderita berbaring dengan
kepala fleksi 30º, sehingga kanalis semisirkularis lateralis dalam posisi
vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian dengan air dingin (30ºC) dan air
hangat (44ºC) masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit.
Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya
nistagmus tersebut (normal 90-150 detik).
Dengan tes ini dapat
ditentukan adanya canal paresis atau directional preponderance ke
kiri atau ke kanan.Canal paresis ialah jika abnormalitas ditemukan di
satu telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan directional
preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang
sama di masing-masing telinga.
Canal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau n. VIII,
sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi sentral.
c. Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya
dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk merekam gerakan mata pada
nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut dapat dianalisis secara
kuantitatif.
2. Fungsi Pendengaran
a. Tes garpu tala
Tes ini digunakan untuk
membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif, dengan tes-tes Rinne, Weber dan
Schwabach.
Pada tuli konduktif tes
Rinne negatif, Weber lateralisasi ke sisi yang tuli, dan Schwabach memendek.
b. Audiometri
Ada beberapa macam
pemeriksaan audiometri seperti Loudness Balance Test, SISI, Bekesy
Audiometry, Tone Decay.
Pemeriksaan saraf-saraf otak
lain meliputi: acies visus, kampus visus, okulomotor, sensorik wajah, otot
wajah, pendengaran, dan fungsi menelan. Juga fungsi motorik (kelumpuhan
ekstremitas),fungsi sensorik (hipestesi, parestesi) dan serebeler (tremor,
gangguan cara berjalan).
2.5.6 Pemeriksaan Penunjang7
1. Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin,
dan pemeriksaan lain sesuai indikasi.
2. Foto Rontgen tengkorak, leher, Stenvers (pada
neurinoma akustik).
3. Neurofisiologi:Elektroensefalografi(EEG),Elektromiografi
(EMG), Brainstem Auditory Evoked Pontential (BAEP).
4. Pencitraan: CT Scan, Arteriografi, Magnetic
Resonance Imaging (MRI).
Selain itu dapat dicoba metode Brandt-Daroff sebagai upaya
desensitisasi reseptor semisirkularis.
Gambar 9. Pasien duduk tegak di tepi tempat tidur dengan tungkai tergantung; lalu
tutup kedua mata dan berbaring dengan cepat ke salah satu sisi tubuh, tahan
selama 30 detik, kemudian duduk tegak kembali. Setelah 30 detik baringkan tubuh
dengan cara yang sama ke sisi lain, tahan selama 30 detik, kemudian duduk tegak
kembali.
Latihan ini dilakukan berulang (lima kali berturut-turut)
pada pagi dan petang hari sampai tidak timbul vertigo lagi.
Latihan lain yang dapat dicoba ialah latihan visual-vestibular;
berupa gerakan mata melirik ke atas,
bawah, kiri dan kanan me ngikuti
gerak obyek yang makin lama makin cepat; kemudian diikuti dengan gerakan
fleksi–ekstensi kepala berulang dengan mata tertutup, yang makin lama makin
cepat.
Terapi kausal tergantung pada penyebab yang (mungkin)
ditemukan.
2.5 Macam – Macam Vertigo
A. Meniere’s Disease
1. Definisi
Episode vertigo, dering di telinga (tinnitus),
perasaan penuh atau tekanan dalam telinga, dan gangguan pendengaran fluktuatif.
Sebuah serangan penyakit meniere khas adalah didahului dengan kepenuhan satu
telinga. Mendengar fluktuasi atau perubahan timnitus juga bisa mendahului
serangan. Umumnya melibatkan parah vertigo ( berputar ), ketidakseimbangan, mual, muntah. Penyerangan
berlangsung rata-rata dua sampai lima jam. Setelah serangan yang parah,
kebanyakan orang menemukan bahwa mereka kelelahan dan harus tidur selama
beberapa jam. Ada sejumlah besar variabilitas dalam durasi gejala. Tinggi
kepekaan terhadap rangsangan visual ( ketergantungan visual ) adalah umum selama
serangan.7
2. Etiologi
Penyebab penyakit Meniere ini belum diketahui. Hal ini paling sering dikaitkan
dengan infeksi virus telinga bagian dalam, cedera kepala, kecenderungan
turun-temurun, dan alergi.
3. Manifestasi Klinis
Muntah yang berlangsung antara 15
menit sampai beberapa jam dan berangsur membaik. Disertai pengurangan
pendengaran, tinitus yang kadang menetap, dan rasa penuh di dalam telinga.
Serangan pertama hebat sekali,serangan lanjutan lebih ringan meskipun
frekuensinya bertambah.
Gejala khususnya adalah menonaktifkan jatuh tiba-tiba.
disebabkan deformasi mekanik tiba-tiba dari organ otolith (utrikulus dan saccule), tiba-tiba
menyebabkan aktivasi refleks vestibular. Pasien mendadak merasa bahwa mereka
miring atau jatuh (meskipun mereka mungkin lurus), dan membawa banyak reposisi
cepat sendiri.. Ini adalah gejala yang sangat mematikan karena terjadi tanpa
peringatan dan dapat mengakibatkan cedera parah. Seringkali merusak perawatan (misalnya labyrinthectomy atau bagian saraf vestibular ).7
4. Patofisiologi
Gejala klinis penyakit meniere
disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa pada koklea dan vestibulum. Hidrops
yang terjadi mendadak dan hilang timbul diduga disebabkan oleh :
a)
Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri.
b)
Berkurangnya tekanan osmotic di dalam kapiler.
c)
Meningkatnya tekanan osmotic ruang ekstrakapiler.
d)
Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat sehingga
terjadi penimbunan cairan endolimfa.
Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal
ditemukan pelebaran dan perubahan morfologi pada membrane reissner. Terdapat
penonjolan kedalam skala vestibule, terutama di daerah apeks koklea
helokotrema. Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat menekan utrikulus.
Pada awalnya pelebaran skala media dimulai dari daerah apeks koklea, kemudian
dapat meluas mengenai bagian tengah dan basal koklea. Hal ini dapat menjelaskan
terjadinya tuli syaraf nada rendah pada penyakit meniere.7
B. Benign Paroxymal Positional Vertigo ( Vertigo karena
gangguan Vestibular Perifer)
1. Definisi
Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) adalah
penyebab umum dari vertigo.
Ia dikarakteristikan oleh episode-episode vertigo yang parah yang berhubungan dengan gerakan kepala yang
spesifik. Terutama tidak hadir pada BPPV adalah kehilangan pendengaran, bunyi
berdering di telinga dan kepenuhan telinga. Pasien-pasien sering kali akan
menggambarkan vertigo
setelah berguling dalam ranjang (biasanya pada hanya satu sisi) yang seringkali
akan membangunkan mereka dari tidur. Serangan-serangan akan juga terjadi
setelah berdiri dari oisisi melengking, memiringkan kepala kebelakang untuk
mencukur muka atau mencuci rambut, atau menggapai diatas kepala untuk mengambil
sesuat dari rak tinggi.
Vertigo Posisional Benigna atau Benign Paroxysmal Positional Vertigo ( BBPV ) dapat
terjadi pada berbagai kondisi. Termasuk kelainan batang otak yang sering
misalnya sklerosis multiple, infark dan tumor.7
2. Etiologi
Penyebab utama BPPV pada orang di
bawah umur 50 tahun adalah cedera kepala. Pada orang yang lebih tua, penyebab
utamanya adalah degenerasi sistem vestibuler pada telinga tengah. BPPV
meningkat dengan semakin meningkatnya usia. Beberapa kasus BPPV terjadi
setelah trauma kepala, penyakit virus. Infeksi telinga tengah atau
stapedektomi. Nistagmus posisional juga sering ditemukan pada intoksikasi (
alcohol, barbiturate ) kebanyakan kasus spontan BPPV berhubungan dengan
kupulolitiasis yaitu deposit otokonia yang degenerative yang menempel pada
kupula kanalis semisirkularis posterior. Ini membuat kanal sangat sensitive
terhadap perubahan gravitasi yang berkaitan dengan posisi kepala yang berbeda.6
3. Manifestasi
Klinis
Jenis vertigo ini merupakan sindrom vestibular yang
paling sering dijumpai dalam praktek klinis. Pasien dengan kelainan ini tidak
mengalami vertigo
bila duduk atau berdiri diam tetapi serangan timbul bila terjadi perubahan posisi
( misalnya sedang tidur terlentang kemudian miring kesisi yang terganggu ) atau
gerakan kepala atau badan. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa
mual dan seringkali pasien merasa cemas. Umumnya gerakan kedepan dan kebelakang
yang memicu vertigo.
Kadang-kadang pasien memberitahukan posisi apa yang mencetuskan serangan.
Perubahan posisi kepala memperhebat vertigo pada neuritis vestibularis dan beberapa vertigo perifer atau
sentral. Tetapi pada BPPV gejala hanya timbul setelah gerakan kepala tertentu.6
4. Patofisiologi
Patofisiologi BPPV dapat dibagi menjadi dua, antara
lain :
a. Teori
Cupulolithiasis
Pada tahun 1962 Horald Schuknecht
mengemukakan teori ini untuk menerangkan BPPV. Dia menemukan partikel-partikel
basofilik yang berisi kalsiurn karbonat dari fragmen otokonia (otolith) yang
terlepas dari macula utriculus yang sudah berdegenerasi, menempel pada
permukaan kupula. Dia menerangkan bahwa kanalis semisirkularis posterior
menjadi sensitif akan gravitasi akibat partikel yang melekat pada kupula. Hal
ini analog dengan keadaan benda berat diletakkan di puncak tiang, bobot ekstra
ini menyebabkan tiang sulit untuk tetap stabil, malah cenderung miring. Pada
saat miring partikel tadi mencegah tiang ke posisi netral. Ini digambarkan oleh
nistagmus dan rasa pusing ketika kepala penderita dijatuhkan ke belakang posisi
tergantung (seperti pada tes Dix-Hallpike). Kanalis Semi Sirkularis posterior
berubah posisi dari inferior ke superior, kupula bergerak secara utrikulofugal,
dengan demikian timbul nistagmus dan keluhan pusing (vertigo). Perpindahan partikel otolith
tersebut membutuhkan waktu, hal ini yang menyebabkan adanya masa laten sebelum
timbulnya pusing dan nistagmus.
b.
Teori Canalithiasis
Tahun1980 Epley mengemukakan teori
canalithiasis, partikel otolith bergerak bebas di dalam Kanalis Semi
Sirkularis. Ketika kepala dalam posisi tegak, endapan partikel ini berada pada
posisi yang sesuai dengan gaya gravitasi yang paling bawah. Ketika kepala
direbahkan ke belakang partikel ini berotasi ke atas sarnpai ± 900 di sepanjang
lengkung Kanalis Semi Sirkularis. Hal ini menyebabkan cairan endolimfe mengalir
menjauhi ampula dan menyebabkan kupula membelok (deflected), hal ini
menimbulkan nistagmus dan pusing. Pembalikan rotasi waktu kepala ditegakkan
kernbali, terjadi pembalikan pembelokan kupula, muncul pusing dan nistagmus
yang bergerak ke arah berlawanan. Model gerakan partikel begini seolah-olah
seperti kerikil yang berada dalam ban, ketika ban bergulir, kerikil terangkat sebentar
lalu jatuh kembali karena gaya gravitasi. Jatuhnya kerikil tersebut memicu
organ saraf dan menimbulkan pusing. Dibanding dengan teori cupulolithiasis
teori ini lebih dapat menerangkan keterlambatan "delay" (latency)
nistagmus transient, karena partikel butuh waktu untuk mulai bergerak. Ketika
mengulangi manuver kepala, otolith menjadi tersebar dan semakin kurang efektif
dalam menimbulkan vertigo
serta nistagmus. Hal inilah yang dapat menerangkan konsep kelelahan
"fatigability" dari gejala pusing.
C.
Suddeen Vesribular Failure7
Trauma kepala sering diikuti dengan
gangguan vertigo.
Labirin bisa rusak karena fraktur dasar tengkorak, namun kalau trauma tidak
terlalu berat gangguan hanya bersifat sementara. Keluhan vertigo dapat timbul
secara operasi mastoidektomi atau stapedektomi karena kaki stapes terganggu dan
menimbulkan rangsangan pada telinga dalam. Biasanya vertigo hanya berlangsung sebentar saja.
Rongga mastoid diperiksa secara teratur. Bila hal ini diabaikan rongga akan
terisi penuh serumen yang dapat merangsang labirin.
D. Neuritis vestibularis7
Merupakan penyakit yang self
limiting, diduga disebabkan oleh infeksi virus; jika disertai gangguan
pendengaran disebut labirintitis. Sekitar 50% pasien akan sembuh dalam dua
bulan. Di awal sakit, pasien dianjurkan istirahat di tempat tidur, diberi obat
supresan vestibuler dan anti emetik. Mobilisasi dini dianjurkan untuk
merangsang mekanisme kompensasi sentral.
E. Vertigo akibat obat
Beberapa obat ototoksik
dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus dan hilangnya
pendengaran.Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop,
antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplasitik yang mengandung
platina. Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga gentamisin;
sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat ototoksik.
Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain
sulfonamid, asam nalidiksat, metronidaziol dan minosiklin.
Terapi berupa penghentian
obat bersangkutan dan terapi fisik; penggunaan obat supresan vestibuler tidak
dianjurkan karena jusrtru menghambat pemulihan fungsi vestibuler. Obat penyekat
alfa adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat menimbulkan keluhan rasa
melayang yang dapat dikacaukan dengan vertigo.
2.6 Penatalaksanaan Medis7
Terapi vertigo terdiri dari :
1. Terapi kausal
2. Terapi
simtomatik
3. Terapi
rehabilitatif.
Tujuan pengobatan vertigo,
selain kausal (jika ditemukan penyebabnya), ialah untuk memperbaiki ketidak
seimbangan vestibuler melalui modulasi transmisi saraf; umumnya digunakan obat
yang bersifat antikolinergik.
BAB III
Kesimpulan
Vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere
yang artinya memutar. Pengertian vertigo merupakan sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan
otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh. Vertigo (sering juga disebut pusing berputar, atau pusing tujuh keliling) adalah kondisi di
mana seseorang merasa pusing disertai berputar atau lingkungan terasa berputar
walaupun badan orang tersebut sedang tidak bergerak.
Adapun Penyebab Vertigo yaitu: gangguan
pada system vestibular perifer. ( gangguan pada telinga bagian dalam ),
gangguan vestibular sentral ( misalnya syaraf vestibular,batang otak dan otak
kecil )dan pada beberapa kasus masih belum diketahui. Penderita merasa
seolah-olah dirinya bergerak atau berputar; atau penderita merasakan seolah-olah
benda di sekitarnya bergerak atau berputar. Beberapa obat dan zat kimia
(seperti timbal, merkuri, timah) dapat menyebabkan ototoksitas, yang
mengakibatkan kerusakan pada telinga bagian dalam atau saraf kranial VIII dan
menyebabkan vertigo.
Kerusakan dapat bersifat temporer maupun permanen. Penggunaan preparat
antibiotik (golongan aminoglikosida, yaitu streptomisin dan gentamisin) jangka
panjang maupun penggunaan antineoplastik (misalnya cisplatin maupun
carboplatin) dapat menyebabkan ototoksisitas permanen. Konsumsi alkohol,
meskipun dalam jumlah kecil, dapat menyebabkan vertigo temporer pada beberapa orang.
Makasiiiiii Dok... Jadi Ngerrti Deh Ttg Vertigo. Lanjutkan ya Dok Bagi2 Ilmunya
BalasHapusmakasiih juga udah bersedia mampir diblog sederhana ini..wuah jd semangat buat nulis2 lagi nich hehehe..salam kenal ya dok :)
BalasHapusassalamualaikum..makasih materinya dok..
BalasHapustapi saya boleh minta buku atau sumber referensinya dong dok...
terimakasih banyak.