Minggu, 23 November 2014

How To Improve Your Skill in Speaking English

Hello...firstly i just wanna say that it's my first post by using English language, so if you see that i make a mistake, please dont hesitate to correct my sentence,ok ;)

Well, today i want to review about one way of improving our english skill by joining a chat room. As we know that it"s very difficult for us to practice our english in daily activity. Why?? Because many Indonesian ppl will be scornful if their friends speak in English as daily conversation. They think that we want to show up about our ability and we're arrogant. What a narrow-minded, i think..!! ;(
But actually the case is we want to practise it because we're afraid that if we  never speak or write in english so our vocabulary will decrease day by day. 
well, we must to thank to the technology. Nowdays, we can chitchat in english freely. We can use some chatt room to reach our dream come true. There're so many sites that provide a chat room. Two of them are omegle and interpals. But i dont recommend you to join omegle as the way to improve ur english. Why?? because omegle isnt good enough for us. Although you can search the ppl with the same interest with you, especially if you search about "medicine, research, doctor or medical". You will be so dissappointed, because 99% of omegle's member are fake, they dont like conversation in the normal topic. That's why i dont like this site. So, I suggest you to join interpals.net . In this site, you can make friendship with another ppl that have a similar interest with you, you can find the ppl arround the world that have the same job with you and also you can click the "language exchange" icon to learn about the other language and also you can teach them about your language. You can select only a polite and honest ppl as your friend and then you can block the crazy ppl  that only talk about sex, flirt, etc from your list.

So, how about you? do you have some experiences in practicing your english by using a chat room?


Jumat, 21 November 2014

PERNAHKAH MENYESAL MENJADI WANITA?

 PERNAHKAH MENYESAL MENJADI WANITA?


Tidak pernah sedetikpun terbersit dlm benak saya dilahirkan menjadi seorang laki-laki itu begitu mudah...saya sangat bersyukur ketika dilahirkan didunia ini dalam wujud seorang perempuan yang syukur alhamdulillah dalam wujud "sempurna" . Eits tunggu dulu...sempurna disini dalam artian bukannya saya sombong..seolah2 memiliki rupa seperti Miss Indonesia..dan body aduhay seperti Beyonce..*krn aslinya jauh dari 2 perbandingan itu :'( * tapi sempurna disini maksudnya saya msh dpt makan dgn tangan saya, berjalan dengan kedua kaki saya, dpt membaca  tanpa harus memakai kaca mata..ataupun alat bantu dengar..dll
But, suddently...pikiran ttg "andai aku menjadi lelaki" ini muncul saat minggu lalu si boz memanggil saya dikantor dan sedikit banyak beliau memberikan nasehat supaya saya memikirkan kembali rencana saya menjadi seorang ahli anestesi..,hikhikshiks...
cuz, berdasarkan data informan A1 bahwa bagian anestesiologi kagak sudi lg menerima squard baru yg berjenis kelamin wanita. Wwhhyy????!! krn para lelaki di tim anestesiologi merasa trauma dan di PHP in oleh anggota anestesiologi perempuan, yg msh menurut sumber A1 itu cenderung lebay, selalu emoh diminta jaga saat ada cito dimalam hari..dan sll ribut rebutan jadwal jaga...dan sll menghindar kalo ada tugas tambahan krn alasn suami dan anak2nya dirumah...
DUUEEENGGGG!!! Seketika tubuh melunglai...hancur sudah impian menjadi seorang ahli anestesiologi...
what should i do?? jujur saja..saya merasa sedih, tdk tau hrs bagaimana...memang dari awal sptnya beliau menginginkan saya masuk dlm tim squard nya..namun apa daya..saya kurang suka dengan bagian yg ditawarkan itu..menurut pemikiran saya, kalo hrs fight belajar jungkir balik..kepala jd kaki, dan kaki jd kepala..disertai pengorbanan rontoknya rambut dan badan yg bertambah kurus..demi bagian yg kita cintai..smuanya akan mampu kita lewati..tp jika kita hrs fight utk bagian yg sama sekali nggak pernah nempel di lobus frontalis..koq ya rasanya berat banget yaa...
hmmm...tp mungkin pemikiran saya, si boz kemaren sengaja memberikan nasehat kepada saya krn tdk ingin hati saya kelak terkoyak - koyak..pedih teriris..krn mendengar penolakan dari kabag anestesi saat saya meminta rekom utk sekolah...mungkin beliau ingin saya mempersiapkan diri sebelum memilih bagian manakah yg akan terus saya geluti hingga akhir hayat nanti...#supaya tdk ada kata penyesalan kelak
Entahlaah...jujur saat ini saya msh gamang...kalo dipikir2 sih..dahulu kala..sebelum saya memilih anestesi..saya ngebet bgt tuh ambil pediatrik..tp berhubung tmn2 seangkatan pd bnyk yg milih ambil bag itu..akhirnya saya ngalah ambil anestesi ajaah...(ogah gontok2an sama tmn rebutan bagian pediatrik maksudnya, secara saya kan cinta damai orangnya) #promosi
Tp kalo spt ini jln ceritanya...mungkin gontok2an pun akan saya jabanin...jika memang takdir saya berkata bahwa bagian anak adalah jln hidup dari NYA utkku...apapun itu, saya mohon doakan yach teman..agar saya diberikan yg terbaik utk hidup saya dan keluarga baik dunia dan akhirat amiiin....

BTW, adakah teman yg pernah dilematis spt ini? :)

GLAUKOMA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Glaukoma merupakan penyebab kedua kebutaan utama di dunia setelah katarak atau kekeruhan lensa, dengan jumlah penderita diperkirakan sebanyak  ±70.000.000 orang. Di antara jumlah penderita kebutaan tersebut, sebanyak 50%-70% berasal dari bentuk glaukoma sudut terbuka primer. Namun menurut Vaughan (1995), jumlah tersebut berkisar antara 85%-90% dari jumlah penderita glaukoma, dan hanya  sebagian kecil penderita yang tergolong pada glaukoma sudut tertutup primer, atau disebut juga dengan glaukoma sudut sempit yang dapat melalui stadium akut, subakut dan khronik, serta bentuk glaukoma lainnya.1
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia. Terdapat sejumlah 0,40 % penderita glaucoma di Indonesia yang mengakibatkan kebutaan pada 0,16 % penduduk. Prevalensi penyakit mata utama di Indonesia adalah kelainan refraksi 24,72 %, pterigium 8,79 %, katarak 7,40 %, konjungtivitis 1,74 %, parut kornea 0,34 %, glaucoma 0,40 %, retinopati 0,17 %, strabismus 0,12 %. Prevalensi dan penyebab buta kedua mata adalah lensa 1,02 %, glaucoma dan saraf kedua 0,16 %, kelainan refraksi 0,11 %, retina 0,09 %, kornea 0,06 %, lain-lain 0,03 %, prevalensi total 1,47 %.2 Diperkirakan di Amerika serikat ada 2 juta orang yang menderita glaucoma. Di antara mereka, hampir setengahnya mengalami gangguan penglihatan, dan hampir 70.000 benar-benar buta, bertambah sebanyak 5500 orang buta tiap tahun.3
Di Amerika, jumlah penderita glaukoma sudut terbuka primer yang berasal dari kelompok pendatang (imigran) dengan ras kulit berwarna, 3–4 kali lebih besar daripada jumlah pendatang yang berkulit putih. Sementara itu, pada glaukoma sudut terbuka primer seringkali ditemukan pada kelompok umur di atas 40 tahun, dan prevalensinya terus meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Vaughan (1995) menyatakan bahwa prevalensi glaukoma sudut terbuka primer pada usia 40 tahun sekitar 0.4%–0.7%, sedangkan pada usia 70 tahun sekitar 2%–3%. Pernyataan yang hampir sama dikeluarkan oleh Framingham Study dan Ferndale Glaucoma Study (1994), yang menyebutkan bahwa prevalensi glaukoma sudut terbuka primer pada penduduk berusia 52–64 tahun sekitar 0.7%, dan 1.6 % pada penduduk usia 65–74 tahun, serta 4.2% pada penduduk usia 75–85 tahun.1
Pada glaukoma sudut terbuka, saluran tempat mengalirnya humor aqueus terbuka, tetapi cairan dari bilik anterior mengalir terlalu lambat.  Secara bertahap tekanan akan meningkat (hampir selalu pada kedua mata) dan menyebabkan kerusakan saraf optikus serta penurunan fungsi penglihatan yang progresif. Hilangnya fungsi penglihatan dimulai pada tepi lapang pandang dan jika tidak diobati pada akhirnya akan menjalar ke seluruh bagian lapang pandang, menyebabkan kebutaan. Glaukoma sudut terbuka sering terjadi setelah usia 35 tahun, tetapi kadang terjadi pada anak-anak. Penyakit ini cenderung diturunkan dan paling sering ditemukan pada penderita diabetes atau miopia.  Glaukoma sudut terbuka lebih sering terjadi dan biasanya penyakit ini lebih berat jika diderita oleh orang kulit hitam. 1
Pada awalnya, peningkatan tekanan di dalam mata tidak menimbulkan gejala.
Lama-lama timbul gejala berupa:
-          penyempitan lapang pandang tepi
-          sakit kepala ringan
-          gangguan penglihatan yang tidak jelas (misalnya melihat lingkaran di sekeliling cahaya lampu atau sulit beradaptasi pada kegelapan).
Pada akhirnya akan terjadi penyempitan lapang pandang yang menyebabkan penderita sulit melihat benda-benda yang terletak di sisi lain ketika penderita melihat lurus ke depan (disebut penglihatan terowongan). Glaukoma sudut terbuka mungkin baru menimbulkan gejala setelah terjadinya kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.4

http://www.news-medical.net/image.axd?picture=2010%2f1%2fglaucXsection.gif 
  











BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1.1  Definisi
 Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan.2
 Menurut Martinelli (1991) dalam Sunaryo Joko Waluyo (2009), bahwa Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan papil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan.5 Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebirauan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi saraf optikus, dan menciutnya lapang pandang. Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan.6
Adapun pengertian dari glaukoma sudut terbuka adalah  glaucoma yang terjadi akibat terbukanya saluran tempat mengalirnya humor aquous namun cairan dari bilik anterior mengalir terlalu lambat, kemudian secara bertahap tekanan akan meningkat (hampir selalu pada kedua mata) dan menyebabkan kerusakan saraf optikus serta penurunan fungsi penglihatan. Hilangnya fungsi penglihatan dimulai pada tepi lapang pandang dan jika tidak diobati pada akhirnya akan menjalar ke seluruh bagian lapang pandang, sehingga menyebabkan kebutaan.7
2.2 Fisiologi Humor Akuos
2.2.1Komposisi Humor Akuos
Humor akuos adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan posterior mata. Volumenya adalah sekitar 250 uL, dan kecepatan pembentukannya, yang bervariasi diurnal, adalah 1,5-2 uL/menit. Tekanan osmotik sedikit lebih tinggi daripada plasma. Komposisi humor akuos serupa dengan plasma kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat dan laktat yang lebih tinggi dan protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah.8
2.2.2 Pembentukan dan Aliran Humor Akuos
Humor akuos diproduksi oleh korpus siliar. Ultrafiltrat plasma yang dihasilkan di stroma prosesus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan prosesus sekretorius epitel siliaris. Setelah masuk ke kamera posterior, humor akuos mengalir melalui pupil ke kamera anterior. Selama periode ini terjadi pertukaran diferensial komponen-komponen dengan darah di iris.8
 
http://www.news-medical.net/image.axd?picture=2010%2f1%2fglaucbeforesurg.gif 
2.2.3 Aliran Keluar Humor Akuos
Jalinan trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastik yang dibungkus oleh sel-sel trabekular dan membentuk suatu saringan dengan ukuran pori-pori semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis Schlemm. Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam jaringan trabekula memperbesar ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan drainase humor akuos juga meningkat. Aliran humor akuos kedalam kanalis Schlemm bergantung pada pembentukan saluran-saluran trabekular siklik di lapisan endotel. Saluran eferen dari kanalis Schlemm (sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena akueus) menyalurkan cairan kedalam  sistem vena. Sejumlah kecil humor akuos keluar dari mata antara berkas otot siliaris dan lewat sela-sela sklera.8
 
 
Resistensi utama terhadap cairan keluar humor akuos dari kamera anterior adalah lapisan endotel saluran Schlemm dan bagian-bagian jalinan trabekular didekatnya, bukan dari sistem pengumpul vena. Tetapi tekanan di jaringan vena episklera menentukan besar minimum TIO yang dicapai oleh terapi medis. 8
Pada glaukoma kronik sudut terbuka, hambatannya terletak pada trabekulum. Pada glaukoma akut hambatan terjadi karena iris perifer menutup sudut bilik mata depan, hingga jaringan trabekulum tidak dapat dicapai humor akuos.9
Proses produksi dan aliran cairan dari mata ini serupa dengan kran air yang selalu terbuka yang selalu memproduksi air dan mengalirkan air. Jika saluran terbuka maka air dapat mengalir. Jika saluran adalah sistem yang tertutup, seperti pada mata, dan tidak dapat mengalir, tekanan dalam kran akan meningkat. Jika trabekular meshwork terhambat, tekanan intraokular meningkat. Juga halnya bila jika terlalu banyak cairan yang diproduksi dalam mata, tekanan intraokular menjadi terlalu tinggi.9
2.2      Faktor Resiko
Glaukoma sudut terbuka mempunyai beberapa faktor resiko, antara lain yaitu:
1.        Tekanan bola mata yang meningkat
Sejumlah faktor yang dapat berhubungan dengan timbulnya glaukoma sudut terbuka primer adalah tekanan bola mata. Hal ini disebabkan karena tekanan bola mata merupakan salah satu faktor yang paling mudah dan paling penting untuk meramalkan timbulnya glaukoma di masa mendatang.10
Secara umum dinyatakan bahwa tekanan bola mata yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan terhadap peningkatan progresifitas kerusakan diskus optikus, walaupun hubungan antara tingginya tekanan bola mata dan besarnya kerusakan, sampai saat ini masih diperdebatkan. Beberapa kasus menunjukkan, bahwa adanya tekanan bola mata yang berada di atas normal akan diikuti dengan kerusakan diskus optikus dan gangguan lapang pandangan dalam beberapa tahun. Sebaliknya, terjadi juga pada banyak kasus, bahwa selama pemeriksaan tekanan bola mata tidak pernah di atas normal, namun terjadi kerusakan pada papil dan lapang pandangan yang khas glaukoma.11
Oleh karena itu, definisi tekanan bola mata yang normal sangat sukar untuk ditentukan dengan pasti. Jika dalam suatu populasi dinyatakan rerata tekanan bola mata 16 mmHg dengan standard deviation 3 mmHg, maka nilai tekanan bola mata  yang normal berada di antara 10–22 mmHg. Jika dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata pada populasi umur di atas 40 tahun, maka diperkirakan tekanan bola mata yang di atas 22 mmHg adalah 5%-10% .11
Masalah lain yang harus dipertimbangkan mengenai tekanan bola mata, adalah adanya pengaruh variasi diurnal dari tekanan bola mata itu sendiri, yaitu bahwa tekanan bola mata sangat fluktuatif, tergantung pada waktu saat pemeriksaan, yaitu pagi, siang, sore atau malam hari. Beberapa peneliti menyatakan bahwa, variasi diurnal yang lebih besar dari normal dapat digunakan sebagai pembeda untuk menentukan bentuk glaukoma-nya. Di samping itu, terdapat pula pengaruh makanan dan konsumsi cairan. Disebutkan bahwa, variasi diurnal pada orang normal berkisar antara 3.5-5 mmHg. Keadaan ini menjadi lebih nyata pada glaukoma  sudut terbuka primer yang tidak diobati. Variasi tekanan bola mata yang luas ini sangat mempengaruhi kondisi untuk mendiagnosis secara dini dengan cepat, hal ini ditunjukkan dalam suatu survei populasi yang menyebutkan bahwa 50% penderita terdiagnosis glaukoma sudut terbuka primer tidak menunjukkan adanya kenaikan tekanan bola mata pada saat pemeriksaan pendahuluan, di samping itu juga ditemukan adanya kenaikan tekanan bola mata tanpa gangguan diskus optikus dan lapang pandangan (hipertensi okuler). Secara umum dinyatakan bahwa hanya sekitar 0.5%-2% per tahun terjadi kerusakan papil dan lapang pandangan selama  pengamatan.12
Ironisnya, sebagian besar penderita glaukoma sudut terbuka primer hampir tidak pernah menyadari bahwa tekanan bola matanya mengalami peningkatan. Seringkali mereka baru menyadari setelah merasakan ada gangguan yang jelas terhadap tajam penglihatan, atau penyempitan lapang pandangan.
Selain itu juga menyatakan bahwa kenaikan tekanan bola mata, merupakan salah satu faktor resiko utama terjadinya glaukoma.12 Sementara itu, nilai batas normal tekanan bola mata dalam populasi berkisar antara 10 – 22 mmHg. Menurut  Sommer, pada populasi, nilai rerata tekanan bola mata yang normal adalah 16 mmHg dengan standard deviasi 3 mmHg.11
2.        Pelebaran Gaung Diskus Optikus (Large optic disk cups)
Faktor yang berhubungan dengan kerusakan yang khas glaukoma adalah melebarnya penggaungan pada diskus optikus. Oleh karena itu, pelebaran penggaungan diskus optikus merupakan salah satu tanda adanya kerusakan khas glaukoma. Jika pada penderita ditemukan adanya penggaungan diskus optikus, maka untuk sementara harus diduga bahwa, penderita mempunyai tanda-tanda permulaan dari penyakit glaukoma. Kondisi penggaungan diskus optikus ini secara normal juga sangat individual. Oleh karena, pada individu yang mengalami pelebaran gaung diskus optikus tidak harus dinyatakan telah menderita glaukoma, melainkan masih tergantung dari ada/tidaknya kerusakan pada jaringan neuroretinal rim. Hal ini dapat terjadi akibat adanya penggaungan yang bersifat fisiologis. Sementara dapat dimengerti bahwa cupping atau gaung yang lebih lebar merupakan faktor yang lebih besar untuk terjadinya kerusakan khas glaukoma daripada cupping  yang lebih kecil dengan adanya kenaikan tekanan bola mata.1
3.        Ras
Wilensky (1994) yang didukung oleh beberapa penelitian menyatakan, bahwa faktor ras dan atau kulit berwarna mempunyai prevalensi glaukoma sudut terbuka primer yang lebih tinggi daripada orang kulit putih dan penderita yang berasal dari daerah oriental. Di Amerika Serikat perbandingan prevalensinya sekitar 2:1 untuk ras kulit berwarna. Sementara pada populasi lain tampaknya perbandingan tersebut lebih besar lagi. Hasil survei yang dilakukan di Kepulauan Karibia pada populasi umur di atas 40 tahun, dinyatakan bahwa prevalensi pada kulit berwarna sekitar 14%, sedang pada kulit putih hanya sekitar 2%.13
Diperkirakan juga bahwa beratnya kasus glaukoma pada kulit berwarna lebih  berbahaya daripada kulit putih. Sementara, kasus yang menjadi buta pada orang kulit berwarna insidensinya 8 kali lebih banyak daripada kulit putih. Di samping itu ditinjau dari hasil pengobatan maupun tindakan pembedahan, hasilnya lebih baik pada kulit putih daripada kulit berwarna.1
4.        Faktor Umur
Faktor bertambahnya umur mempunyai peluang lebih besar untuk menderita glaukoma sudut terbuka primer. Vaughan (1995), menyatakan bahwa frekuensi pada umur sekitar 40 tahun adalah 0.4%–0.7% jumlah penduduk, sedangkan pada umur sekitar 70 tahun frekuensinya meningkat menjadi 2%–3% dari jumlah penduduk. Framingham Study dalam laporannya tahun 1994 menyatakan bahwa populasi glaukoma adalah sekitar 0.7% penduduk yang berumur 52–64 tahun, dan meningkat menjadi 1.6% pendu¬duk yang berumur 65–74 tahun, serta 4.2% pada penduduk yang berusia 75–85 tahun. Keadaan tersebut didukung juga oleh pernyataan yang dikeluarkan oleh Ferndale Glaucoma Study di tahun yang sama.10
5.        Faktor Keluarga
Glaukoma sudut terbuka primer merupakan suatu penyakit yang dipengaruhi faktor keluarga. Hal ini dapat ditunjukkan oleh beberapa survei yang dilakukan, namun hasil survei tersebut tidak lengkap karena tidak mengikut-sertakan anak-anak dan orang yang belum mencapai umur 40 tahun yang kemungkinan dicurigai menderita glaukoma. Walaupun demikian hasil survei tersebut cukup bermanfaat karena dapat menunjukkan adanya indikasi bahwa 1 dari 10 orang pada garis keturunan pertama atau first degree menderita glaukoma seperti yang diderita orangtua mereka.1

6.        Penyakit Sistemik
Insiden dari glaukoma sudut terbuka primer seringkali dihubungkan dengan dua penyakit sistemik, yaitu Diabetes Mellitus dan Hipertensi arterial. Sehubungan dengan hal tersebut dilaporkan bahwa glaukoma sudut terbuka primer prevalensinya akan meningkat 3 kali lebih tinggi pada Diabetes Mellitus daripada non Diabetes Mellitus. Berdasarkan penelitian studi kasus–control, ditemukan perbedaan resiko-relatif antara penderita hipertensi yang diobati dengan tanpa pengobatan hipertensi.1
2.3      Patofisiologi
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut humor aquos. Dalam keadaan normal, cairan ini dihasilkan di dalam bilik posterior, melewati pupil masuk ke dalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui suatu saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan.14
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata.
Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
14
2.4      Etiologi
Menurut etiologinya glaukoma sudut terbuka primer adalah salah satu bentuk glaukoma primer, yang ditandai oleh terganggunya atau terjadinya hambatan outflow cairan akuos melewati trabecular meshwork. Hambatan ini terjadi akibat hilang atau berkurangnya jumlah sel endotel trabecular meshwork, namun mekanisme kejadiannya masih belum diketahui  secara jelas dan sampai saat ini masih menjadi obyek penelitian.1
Lutjen-Drecoll dan Rohen (1994) menemukan bahwa pada glaukoma sudut terbuka primer terjadi pengurangan atau menghilangnya jumlah sel endotel trabecular meshwork, disertai penebalan lamela daerah uvea dan korneo-skeral. Penebalan tersebut akan menimbulkan penyempitan ruang antar-trabekulum yang berakhir dengan penutupan, sehingga terjadi hambatan outflow cairan akuos. Akan tetapi peneliti tersebut tidak atau belum menjelaskan mekanisme kejadian berkurang atau menghilangnya sel endotel trabeculer meshwork pada glaukoma sudut terbuka primer.1 Vaughan (1995) menyatakan bahwa kondisi berkurang atau hilangnya sel endotel trabecular meshwork tersebut terjadi akibat degenerasi, tetapi bukan akibat degenerasi seperti pada proses penuaan (ageing process).10 Hogan dan Zimmerman (1962) mengatakan bahwa kondisi tersebut merupakan akibat pembengkakan dan sklerosis sel endotel trabecular meshwork. Sedangkan Cotran (1999) menerangkan bahwa penyebabnya belum diketahui dengan jelas. 1
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, dapat dimunculkan dugaan kuat bahwa penyebab berkurangnya jumlah sel endotel trabecular meshwork, adalah akibat kematian sel itu sendiri oleh karena berbagai sebab. Menurut Lutjen-Drecoll (1994), berkurangnya jumlah sel endotel trabecular meshwork, disertai dengan akumulasi matriks ekstra-seluler dan penebalan lamela daerah uvea dan korneo-sklera akan menimbulkan hambatan outflow cairan akuos pada glaukoma sudut terbuka primer.  Pada hakekatnya, kematian sel dapat terjadi karena rangsangan atau jejas letal yang berasal dari luar atau dari dalam sel itu sendiri (bersifat aktif atau pasif). Kematian sel yang berasal dari dalam sel dapat terjadi melalui mekanisme genetik, yang merupakan suatu proses fisiologis dalam usaha mempertahankan keadaan homeostasis atau keseimbangan fungsinya. Proses kematian  yang berasal dari luar sel dan bersifat pasif dapat terjadi karena jejas atau injury yang letal akibat faktor fisik, kimia, iskhemia maupun biologis (Cotran,1999). Jejas atau injury biologis dapat terjadi akibat pengaruh infeksi mata akibat mikro-organisme, secara  intra maupun ekstra seluler, baik akibat kuman, jamur, parasit ataupun virus, yang kesemuanya dapat merupakan antigen yang dapat menimbulkan inflamasi. Akhirnya  antigen  tersebut dapat mengaktivasi APC dan limfosit T. Pendapat ini didukung oleh Clancy (1998), Handoyo  (2003) dan Judajana (2004)  Limfosit T mengekspresikan molekul untuk mengikat antigen pada membrannya, yang disebut sebagai sel reseptor T. Reseptor  limfosit T ini hanya dapat mengenal antigen yang terikat pada protein sel membran, yang disebut sebagai  molekul  MHC (kelas I atau kelas II). Fungsi utama limfosit T adalah sebagai limfosit T helper (Th) dan limfosit T Cytotoxic (Tc). Antigen akan berpenga¬ruh terhadap limfosit T helper, dan selanjutnya akan berdiferensiasi menjadi limfosit Th1, limfosit Th2 dan limfosit Th3, tergantung pada macam antigen yang mempengaruhinya ( Clancy, 1998, Roitt, 2001). Limfosit Th1 akan  mengekspresikan beberapa sitokin antara lain IL-2, IFN- , serta TNF- . Menurut Abbas (1994), sitokin TNF-  mempunyai peran terbesar sebagai pengatur mediator imun dalam proses inflamasi, yang dapat mengakibatkan lisis sel target, dan akhirnya mengalami kematian. Sementara itu, limfosit Th2 akan mengekspresi IL-4, IL-5,  IL-6, IL-10 dan IL-13. Hampir pada semua proses inflamasi ditemukan IL-10, yang berfungsi sebagai anti inflamasi dan sebagian besar diproduksi oleh monosit (Theze, 1999). Menurut Petrolani (1999) IL-10 dapat meningkatkan harapan hidup sel dengan cara meningkatkan protein anti apoptosis Bcl2 Oppenheim (2001) mengatakan, bahwa limfosit Th3 merupa¬kan sumber utama dalam memproduksi sitokin TGF-β. Menurut Condos (2004) dan Judajana (2004), TGF-β merupakan sitokin yang dapat berfungsi ganda, yaitu sebagai sitokin pro-inflammatory dan sitokin anti-inflammatory. Oppenheim (2001) juga menyatakan bahwa, TGF-β mempunyai hubungan yang sangat erat dengan proses apoptosis sel akibat pengaruh enzim endonuklease.1
Tripathi (1994) juga menyatakan, bahwa pada glaukoma ditemukan 2 yang lebih tinggi dari orang normal. Kedua pendapat tersebut jugabkadar TGF- 1 dan b didukung oleh Welge-Luessen (2000), yang menginformasikan juga bahwa TGF- 2 dapat merangsang peningkatan akumulasi matriks ekstra seluler,bTGF- fibronectin dan peningkatan enzim Tissue–Transglutaminase, yang sangat berperan  dalam proses kematian sel (apoptosis). Berdasarkan hal tersebut, sitokin TNF- , IL-10 dan TGF- , mempunyai pengaruh yang besar pada proses inflamasi, sehingga diperkirakan juga berperan terhadap kematian sel. Wallach (1999), Petrolani (1999) dan Pimentel (1994) menyebutkan, bahwa ketiga sitokin yaitu TNF- , IL-10 danTGF, memang berpengaruh terhadap kematian sel, namun sampai dengan saat ini, peran ketiga sitokin tersebut khususnya terhadap kematian sel endotel trabecular meshwork, belum pernah dijelaskan. Oleh karena itu, mekanisme kejadian berkurangnya atau hilangnya sel endotel trabecular meshwork belum dapat dijelaskan. Akibatnya, pengobatan dan penanggulangan glaukoma sebagai salah satu penyakit mata yang menyebabkan kebutaan utama masih belum memberikan hasil yang memuaskan.1
Jika peran ketiga sitokin tersebut dalam respons inflamasi dan kematian sel tidak diperjelas, maka pemahaman tentang peran ketiga sitokin tersebut tidak dapat dimanfaatkan bagi kepentingan penanggulangan proses perjalanan dan perkembangan peningkatan tekanan bola mata pada glaukoma sudut terbuka primer. Hal ini menyebabkan jumlah kecacatan netra akibat glaukoma sudut terbuka primer dengan tekanan bola mata yang meningkat akan tetap saja tinggi atau bahkan lebih tinggi lagi. Kondisi tersebut secara umum tentu akan berpengaruh terhadap kemampuan sumber daya manusia dan produktivitasnya. Sebaliknya, jika peran ketiga sitokin tersebut telah menjadi jelas, maka usaha penanganan dan pencegahan terhadap timbulnya kenaikan tekanan bola mata pada glaukoma sudut terbuka primer, diharapkan akan dapat dilakukan dengan cara pemberian bahan yang bersifat antagonis terhadap ketiga sitokin tersebut, atau bahkan dengan pemberian sitokinnya sendiri.1
2.6  Klasifikasi
Klasifikasi dari glaukoma adalah sebagai berikut :
a. Glaukoma primer
1) Glaukoma sudut terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
2) Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit)
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
b. Glaukoma sekunder dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma . Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab : 1) Perubahan lensa 2) Kelainan uvea 3) Trauma 4) Bedah
c. Glaukoma kongenital 1) Primer atau infantil 2) Menyertai kelainan kongenital lainnya
d. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.2
2.7 Gambaran Klinis Glaukoma Sudut Terbuka
   Sinonimnya adalah glaukoma kronik atau Chronic Simple Glaucoma. Istilah chronic simple glaukoma sangat jelas menggambarkan keadaan klinik penderita, yaitu penyakit yang berlangsung lama ( kronik ) tanpa ada tanda yang jelas dari luar dan tekanan mata yang meningkat.2
   Hambatan pada glaukoma sudut terbuka ini terletak didalam jaringan trabekulum sendiri. Akuos humor dengan leluasa mencapai lubang-lubang trabekulum, tetapi sampai didalam terbentur celah – celah trabekulum yang sempit, hingga akuos humor tidak dapat keluar dari bola mata dengan bebas.2
   Gejala klinik glaukoma sudut terbuka :
·         Perjalanan penyakit perlahan-lahan dan progresif dengan merusak papil saraf optik.
·         Biasanya penderita baru sadar bila keadaan telah lanjut.
·         Diagnosis sering baru dibuat bila dilakukan tonometri rutin pada penderita yang misalnya datang hanya untuk ganti kacamata.
·         Sifat glaukoma ini adalah bilateral tetapi biasanya yang satu mulai lebih dulu.
·         Kebanyakan ditemukan pada umur 40 tahun keatas.
·         Penyakit ini cenderung ditemukan pada penderita diabetes dan miopia.
·         Penyempitan lapang pandang tepi
·         Sakit kepala ringan
·         Gangguan penglihatan yang tidak jelas ( misalnya melihat lingkaran disekeliling cahaya lampu atau sulit beradaptasi pada kegelapan)
·         Tajam penglihatan umumnya masih baik kalau keadaan masih dini.
·         Pada funduskopi ditemukan ekskavasi apabila glaukoma sudah berlangsung lama.2
              Glaukoma sudut terbuka sering disebut sebagai “maling penglihatan” karena sering terjadi dan berjalan perlahan tanpa pasien sadari adanya kelainan sampai terjadi penyempitan lapangan pandang yang berat bahkan sampai tidak dapat melihat sama sekali.2
2.8 Diagnosis
            Pemeriksaan mata yang biasa dilakukan adalah:
1. Anamnesis
            Keluhan utama atau gejala-gejala penderita dengan glaukoma umumnya berupa gangguan penglihatan, mata sakit, mata merah.15
            Kehilangan penglihatan yang disebabkan oleh atropi serabut saraf optik tidak disadari penderita, sampai kelainan sudah lanjut yaitu hilangnya penglihatan sentral. Kadang – kadang pada beberapa penderita mungkin sudah mengeluh adanya skotoma –skotoma didaerah parasentral pada lapang pandangnya.. Tetapi umumnya gangguan penglihatan  baru dirasakan bila sudah ada kekeruhan media atau kelainan makula.15
            Gangguan penglihatan subjektif pada penderita glaukoma paling sering disebabkan oleh edema kornea akibat peninggian tekanan intraokuler yang cepat. Gangguan penglihatan yang lain adalah haloglaukomatosa yaitu penderita melihat lingkaran-lingkaran pelangi disekitar bola lampu. Keadaan ini umumnya disebabkan oleh edema kornea atau sudah ada sklerosis nukleus lensa. Selain itu astenopia seperti mata cepat lelah, kesulitan akomodasi pada waktu mebaca dekat dan kehilangan penglihatan untuk beberapa saat ( transient blackout) dapat menyebabkan keadaan glaukoma.15
            Rasa sakit pada penderita glaukoma mempunyai derajat yang berbeda – beda. Sakit ini terdapat disekitar mata, pada alis mata atau didalam bola mata dengan atau tanpa sakit kepala. Mata merah terutama akibat injeksi silier yang terjadi pada peninggian TIO yang cepat, sering disertai mual muntah.15
            Riwayat – riwayat penyakit mata penderita hendaknya dicatat seperti trauma, operasi – operasi mata , penyakit retina, pemakaian obat-obatan, steroid, penyakit – penyakit sistemik seperti  kelainan kardiovaskuler, penyakit endokrin seperti DM, kelainan tekanan darah. Oleh karena adanya faktor genetik pada penderita glaukoma primer, dan riwayat penyakit glaukoma pada keluarga.15
2. Biomikroskopi
            Dalam pemeriksaan biomikroskopi, terutama diperhatikan keadaan segmen anterior, baik kelainan yang diakibatkan oleh glaukoma maupun keadaan yang mungkin menyebabkan glaukoma. Sebelum ini pemeriksaan inspeksi dilakukan terlebih dahulu, seperti posisi, kedudukan dan gerakan bola mata.15
 

 
Pada kasus glaukoma berbagai perubahan dapat dijumpai misalnya : injeksi silier, pelebaran pembuluh darah konjungtiva dan epislera, edema kornea, keratik presipitat, sinekia iris, atropi iris, neovaskularisasi iris, pelebaran pupil, ekstropion uvea, katarak glaukomatous ( katarak Vaught).10
3. Pemeriksaan tajam penglihatan.
            Kehilangan penglihatan yang disebabkan oleh atropi serabut saraf optik tidak disadari penderita, sampai kelainan sudah lanjut yaitu hilangnya penglihatan sentral. Kadang – kadang pada beberapa penderita mungkin sudah mengeluh adanya skotoma –skotoma didaerah parasentral pada lapang pandangnya.. Tetapi umumnya gangguan penglihatan  baru dirasakan bila sudah ada kekeruhan media atau kelainan macula. Kehilangan proyeksi penglihatan ini umumnya dimulai dibagian nasal, kemudian disebelah atas atau bawah, bagian temporal biasanya bertahan cukup lama sampai menghilang sama sekali. Dalam keadaan ini tajam penglihatan sudah ditingkat menghitung jari, bahkan bisa lebih buruk lagi.15
4. Tonometri
            Tekanan intraokuler merupakan salah satu parameter dinamika humor akuos yang mudah dan lebih tepat diukur dibandingkan dengan lainnya.
a. Pengukuran tanpa alat
            Pengukuran ini dikenal dengan palpasi atau finger tension. Pengukuran ini memberikan hasil yang kasar , dan memerlukan banyak pengalaman. Walaupun tidak teliti, cara palpasi ini masih bermanfaat pada keadaan dimana pengukuran tekanan dengan alat tidak dapat dilakukan , misalnya menghindari penularan konjungtivitis dan infeksi kornea.15
Cara yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
-          Penderita dan pemeriksa duduk berhadap-hadapan
-          Mata penderita disuruh melihat ke bawah, tetapi celah mata tidak tertutup rapat
-          Kedua jari telunjuk pemeriksa diletakkan diatas kelopak mata atas, tepat dibawah rima orbita. Kedua telunjuk ini sedikit ditekan sampai permukaan sklera terasa.
-          Keadaan tekanan bola mata dinyatakan sebagai berikut :
TO ( palp) : N ( Normal )
Bila tinggi            : N +
Bila rendah           : N -9
b . Pengukuran dengan alat
Dengan cara ini, tekanan intraokuler dapat diukur secara langsung, dengan kanulasi ke bilik mata depan yang dihubungkan dengan manometer, atau secara tak langsung, melalui kornea dengan alat tonometer. Banyak alat dirancang untuk cara tak langsung seperti tonometer Schiotz, tonometer Maklakof, tonometer anaplasi Goldmann, tonometer anaplasi Hand Held, tonometer Mackay Marg, dll.15
            Menurut Symposium on Glaucoma di New Orleans tahun 1976, maka tonometer indentasi Schiotz dan aplanasi Goldmann yang paling banyak dipakai. Yang pertama oleh karena praktis dan relative murah dan yang kedua karena lebih tepat dan tidak banyak dipengaruhi kekakuan dinding bola mata.15  

5. Funduskopi
Pada umumnya pemeriksaan ini pada glaukoma bertujuan sebagai berikut :
  1. Menentukan apakah ekskavasi papil masih dalam batas normal.
  2. Menilai sudah berapa jauh kerusakan papil saraf optik
  3. Mencatat perubahan dan perkembangan papil tersebut dan juga retina.15

6. Perimetri
            Pemeriksaan lapang pandang merupakan salah satu pemeriksaan terpenting pada glaukoma, karena hasil pemeriksaannya dapat menunjukkan adanya gangguan fungsional pada penderita. Khas pada glaukoma adalah penyempitan lapang pandang.15
Berikut penyempitan lapang pandang pada glaukoma:12


7.Gonioskopi
            Gonioskopi adalah pemeriksaan biomiroskopi sudut bilik mata depan, tempat dilalui cairan intraokuler sebelum keluar ke kanal Schlemm. Dengan gonioskopi dapat ditentukan apakah sudut bilik mata depan tertutup atau terbuka.15
8. Tonografi
            Tonografi adalah cara pemeriksaan parameter lain dinamika cairan intraokuler yang diperkenalkan oleh W.Morton Grant. Grant menunjukkan pencatatan TIO dengan tonometer indentasi elektronik dalam jangka waktu tertentu digabung dengan tabel Fridenwald dapat memperkirakan daya pengeluaran dan pembentukan cairan intraokuler.15
9. Tes provokasi
Digunakan pada penderita yang mempunyai bakat glaukoma.
a.       Tes provokasi untuk glaukoma sudut terbuka
1.      Tes minum air
·         Penderita dipuasakan 6 – 8 jam sebelum pemeriksaan, kemudian TIOnya      diukur.
·         Penderita diminta meminum air sebanyak 1 liter dalam waktu 5 – 10 menit.
·         Tekanan intraokuler diukur kembali setiap 15 menit selama 1 jam.
·         Bila ada kenaikan TIO lebih dari 8 mmHg tes dianggap positif.
2.      Tes minum air diikuti tonografi.
b.      Tes provokasi untuk glaucoma sudut tertutup
1.      Tes midriasis
·         Didalam kamar gelap, kenaikan TIO lebih dari 8 mmHg dianggap positif.
·         Tonografi setelah midriasis.
2.      Tes posisi Prone
Penderita dalam posisi prone selama 30 – 40 menit. Positif bila kenaikan TIO lebih dari 8 mmHg.15
2.9 Penatalaksanaan Glaukoma Sudut Terbuka
A. Medikamentosa

v  Miotik :
-          Pilokarpin 2-4% 3-6 kali 1 tetes sehari dengan tujuan memperlancar humor akuos.
-          Eserin ¼-1% 3-6 kali 1 tetes sehari dengan tujuan memperlancar humor akuos.10
v  B –adrenergik blocking agent
Adalah obat yang sekarang paling luas digunakan untuk terapi glaukoma. Obat ini dapat diberikan sendiri atau dikombinasi dengan yang lain. Obat ini mempunyai tujuan sebagai supresi pembentukan humor akuos. Preparat yang paling banyak saat ini adalah timolol maleat 0.25% dan 0.5%, betaksolol 0.25% dan 0.5%, levobunolol 0.25% dan 0.5% dan metipranolol 0.3 %. Kontraindikasi utama pemakaian obat – obat ini adalah penyakit obstruksi jalan napas menahun terutama asma dan gangguan defek hantaran jantung.. Untuk betaksolol, selektivitas relative reseptor B1 dan afinitas keseluruhan terhadap semua reseptor B yang rendah menurunkan walaupun tidak menghilangkan resiko efek samping ini.10
v  Carbonic  Anhidrase Inhibitor
Inhibitor Carbonic Anhidrase yang paling banyak digunakan adalah asetazolamid. Obat ini mampu menekan humor akous sebanyak 40-60%. Asetazolamid dapat diberikan peroral dengan dosis 125-250 mg sampai 3 kali sehari.  Preparat topikal yang sering digunakan adalah Dorzolamid HCl 2% dengan dosis 3 kali 1 tetes.10
v  Analog prostaglandin
Bimatoprost (lumigan),travoprost (travartan), dan unoprostone (rescula) merupakan analog prostaglandin yang baru dikembangkan di Amerika Serikat. Bimatoprost merupakan analog prostamide dengan aktivitas hipotensive okuli. Obat tersebut menyebabkan aktivitas penurunan tekanan intraokuler oleh prostamide melalui jalur prostamide . Travaprost dan unoprostone merupakan analog prostaglandin F 2 alpha yang sama dengan latanaprost. Agen tersebut merupakan agonis reseptor prostanoid FP selektif yang dapat mengurangi tekanan intraokuler dengan meningkatkan aliran uveoskleral.10

B.     Terapi Laser ( Trabekuloplasti Laser)
Penggunaan laser biasanya untuk menimbulkan luka bakar melalui suatu goniolensa ke jalinan trabekula dapat mempermudah aliran keluar humor akuos karena efek luka bakar tersebut pada jalinan trabekular dan kanalis Schlem serta terjadinya proses-proses seluler yang meningkatkan fungsi jalinan trabekular.10

C.     Trabekulektomi
Indikasi :
-          Pemberian obat – obatan sudah tidak efektif
-          Terjadi kerusakan saraf optik yang progresif dari lapang pandang
-          Kontraindikasi  terhadap obat – obat glaukoma
-          Pasien tidak patuh terhadap obat – obat yang diberikan.4
Trabekulektomi merupakan tindakan pembeahan dimana trabekulum diangkat sehingga .cairan bilik mata depan mengalir langsung kekanal Schlemm. Pada pembedahan ini dibuat flap konjungtiva dibagian atas dan dibuat flap sclera sebesar 4 x 4 mm dengan dasar di kornea. Sejajar dengan tepi kedua kanal Schlemm dibuat sayatan 2 mm sehingga kanal Schlemm terangkat. Flap sklera dan konjungtiva dijahit kembali.4

2.10 Diagnosa Banding
Adapun diagnosis banding untuk glaukoma sudut terbuka adalah
1.      Glaukoma bertekanan rendah
2.      Glaukoma sekunder
3.      Glaukoma karena steroid.10

2.11          Prognosis
Tanpa pengobatan, glaukoma sudut terbuka dapat berkembang sampai akhirnya menyebabkan kebutaan total. Bila antiglaukoma dapat menekan tekanan intra okular pada mata yang belum mengalami kerusakan glaukomatosa luas, prognosis akan baik. Bila proses penyakit terdeteksi secara dini, sebagian besar pasien glaukoma dapat ditangani dengan baik secara medis.10





BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat dipetik dari serangkaian penulisan di atas adalah sebagai berikut :
1.      Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan
2.      Glaukoma sudut terbuka adalah  glaucoma yang terjadi akibat terbukanya saluran tempat mengalirnya humor aquous namun cairan dari bilik anterior mengalir terlalu lambat, kemudian secara bertahap tekanan akan meningkat (hampir selalu pada kedua mata) dan menyebabkan kerusakan saraf optikus serta penurunan fungsi penglihatan.
  1. Penatalaksanaan glaukoma sudut terbuka primer adalah dengan pemberian miotik (pilokarpin dan eserin), b-adrenergik blocking agent (timolol maleat), carbonik anhidrase inhibitor (asetazolamid), analog prostaglandin, trabekuloplasti laser, dan trabekulektomi.
  2. Pasien harus memahami bahwa pengobatan glaukoma adalah seumur hidup dan penilaian ulang secara teratur penting untuk dilakukan.
  3. Glaukoma yang tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan permanen saraf optik dan kehilangan lapang pandang yang pada akhirnya dapat menyebabkan kebutaan.


DAFTAR PUSTAKA

Soeroso, Admadi. 2009. Patogenesis glaukoma sudut terbuka primer dan usaha pencegahannya. http://pustaka.uns.ac.id/include/inc_pdf.php?nid=145. Diakses pada tanggal 10 September 2009.
Ilyas, Sidharta. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner & Suddart Ed. 8 Vol 1. Jakarta : EGC
Fahmi, Raden. 2009. Glaukoma. http://community.um.ac.id/showthread.php?57316-Glaukoma . Diakses pada 25 November 2010.
Waluyo, Sunaryo joko. 2009. Glaukoma. Dalam http://askepakper.blogspot.com/2009/08/askep-glaukoma.html. Diperoleh tanggal 22 April 2010
Dwindra, Mayenru. 2009. Glaukoma Askep Dalam
http://www.perdami.or.id/?page=news.detail&id=7. Diperoleh tanggal 22 April 2010
Artini, Lydia. 2010. Penyakit Glaukoma Dapat Menyerang Semua Umur. Dalam http://www.depkominfo.go.id/berita/bipnewsroom/penyakit-glaukoma-dapat-menyerang-semua-umur/. Diakses pada 26 November 2010.
Voughan DG, Asbury T, Eva PR; Oftalmologi Umum; Edisi 14; Cetakan I; Alih Bahasa Jan Tambayong dan Brahm U Penditt; Joko Suyono (ed); Widya Medika; Jakarta; 2000
Anonimous. 2008. Glaucoma. www.medicinenet.com/glaucoma/article.htm. Diakses pada tanggal 9 September 2009.
Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P (1995), Glaucoma in General Ophthalmology, Fourteenth edition a Lange Medical Book Printice- Hall International  Inc. p. 208-225
Boyd B, Luntz M (2002), Open Angle Glaucoma Clinical Evaluation and Risk Factors In Innovation in The Glaucomas Etiology, Diagnosis and Management, High Light of Ophthalmology (International), Bogota, 3 – 10
Liesegang TJ, Skuta GL, Cantor LB (2003), Intraocular Pressure and Aqueous Humor Dynamics in Basic And Clinical Science Course section 10: Glaucoma, American Academy of Ophthalmology. San Francisco, USA, 14-23
Wilensky J T (1994), Epidemiology of Open Angle Glaucoma In Textbook of Ophthalmology Edited by Podos S M and   Yanoff Myron Glaucoma The CV Mosby. London, St Louis, Baltimore, Boston, Chicago, Philidelphia, Sydney, Toronto, p. 829- 833
Supiandi,S. 1986. Cara pemeriksaan dan jenis glaukoma. FKUI : Jakarta.