Bayi prematur masih merupakan masalah yang
penting dalam bidang perinatologi, karena berkaitan dengan kejadian mortalitas
dan morbiditas masa neonatus. Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dengan
usia kehamilan di bawah 37 minggu. Berdasarkan kurva pertumbuhan intrauterin
dan Lubchenko, maka kebanyakan bayi prematur akan dilahirkan dengan berat badan
yang rendah. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dibedakan atas bayi berat lahir
sangat rendah (BBLSR), yaitu bila < 1500 gram, dan bayi berat lahir amat
sangat rendah (BBLASR), yaitu bila < 1000 gram (Yu, dan Montintja, 1996).
Dahulu
neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500
gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh World Health Organization (WHO)
semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut low
birth weight infant, sedangkan yang kurang dari 1500 gram disebut very
low birth weight infant.
Khusus
untuk masalah berat badan lahir sangat rendah, sampai saat ini masih banyak
ditemukan bayi lahir dengan berat badan lahir sangat rendah dengan berbagai
penyebab. Dimana bayi berat badan lahir sangat rendah akan mengalami banyak
masalah yang akhirnya meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas bayi
(Sitohang, 2004) .
Di
negara-negara maju angka kejadian kelahiran bayi prematur dengan berat badan
lahir sangat rendah adalah sekitar 6-7%. Di negara yang berkembang angka
kematian ini kurang lebih dari 3 kali lipat. Di Indonesia kejadian bayi
prematur belum dapat ditentukan secara pasti namun angka di rumah sakit Cipto
Mangunkusumo berkisar antara 22-24% dari semua bayi yang dilahirkan pada 1
tahun (Sitohang, 2004).
Dengan
makin pesatnya perkembangan bidang perinatologi, makin banyak bayi kecil yang
terselamatkan. Di negara berkembang, angka kematian bayi BLSR sangat menurun
hingga mencapai 5%. Pemberian nutrisi pada bayi-bayi kecil tersebut merupakan
suatu tantangan, karena nutrisi yang sebelumnya didapat langsung dari plasenta
kini harus diberikan peroral (Aminullah, 1997).
Menurut banyak
ahli gizi neonatal, pemberian gizi pada bayi prematur
harus mendekati tingkat pertumbuhan postnatal dari janin normal dari usia
kehamilan yang sama. Sayangnya,
kebanyakan bayi prematur, terutama mereka yang lahir prematur dengan berat lahir sangat rendah, tidak diberi jumlah nutrisi
yang cukup untuk mencapai tingkat pertumbuhan janin normal dan, sebagai hasilnya, akhirnya
pertumbuhan dibatasi selama periode mereka di rumah sakit setelah lahir. Pembatasan
pertumbuhan adalah masalah yang signifikan,
karena banyak penelitian telah menunjukkan secara definitif bahwa gizi, terutama protein, pada
tahap kritis pengembangan menghasilkan
perawakannya jangka panjang pendek, kegagalan pertumbuhan organ, dan kedua defisit
saraf jumlah dan koneksi
dendritik serta kemudian
perilaku dan hasil kognitif(Sluncheva, 2010).
Trophic feeding adalah
pemberian nutrisi enteral minimal (sinonim mencakup makanan atau gizi enteral minimal, pada pencernaan, usus, dan pemberian makanan hypocaloric awal) merupakan sebuah konsep yang relatif baru yang telah diperkenalkan ke dalam praktek
klinis dalam upaya untuk mengatasi
pengaruh dari kelaparan enteral. Dari
beberapa penelitian ada bukti yang cukup untuk menentukan apakah pemberian nutrisi susu jumlah
kecil pada bayi prematur berat lahir rendah atau sangat rendah selama minggu pertama
setelah lahir dibandingkan dengan puasa membantu
perkembangan usus dan meningkatkan makan, pertumbuhan
dan perkembangan.
Pemberian
nutrisi dengan trophic feeding merupakan
salah satu metode pemberian nutrisi dini pada bayi prematur dimana jumlahnya di
Indonesia masih tergolong banyak. Untuk nengurangi risiko nosokomial maka
diharapkan dengan pemberian nutrisi lebih awal maka akan mempercepat
pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur sehingga akan mempersingkat waktu
rawat di rumah sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar dengan bijaksana dan menggunakan hati nurani serta tanpa mengandung unsur SARA,Sex dan Politik