BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Lansia atau
lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan
akhir dari fase kehidupannya. Pada Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan
terjadi suatu proses yang disebut Aging Process. Ilmu yang mempelajari fenomena
penuaan meliputi proses menua dan degenerasi sel termasuk masalah-masalah yang
ditemui dan harapan lansia disebut gerontology. Pengertian lain mengatakan
bahwa gerontology adalah ilmu yang mempelajari , membahas, meneliti segala bidang
yang terkait dengan lanjut usia, bukan saja mengenai kesehatan namun juga
mencakup soal kesejahteraan, pemukiman, lingkungan hidup, pendidikan,
perundang-undangan dan sebagainya.
Lanjut usia
adalah dimana individu yang berusia di atas 60 tahun yang pada umumnya memiliki
tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial,
ekonomi. Sedangkan menurut definisi dari Depkes RI 3 lanjut usia adalah suatu
proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor
biologik yang terdiri dari tiga fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase
regresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih kearah kemunduran yang dimulai
dalam sel, komponen terkecil dalam tubuh manusia. Begitu pula pada tahap
perkembangan yang lain, maka pada lansia terjadi perubahan fungsi fisik, emosi,
kognitif, sosial, spiritual, dan ekonomi.
Sedangkan
menurut Undang-undang No. 4 Tahun 1965 pasal 1, merumuskan bahwa seseorang
dapat dinyatakan sebagai orang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan
mencapai umur 55 tahun, tidak memupunyai atau tidak berdaya mencari nafkah
sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang
lain.
Seiring dengan
memasuki fase lansia maka, fungsi organ tubuh juga akan menurun, hal ini akan
berdampak terhadap metabolisme dan kekebalan tubuh lansia, sehingga akan rentan
terhadap penyakit.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Definisi Geriatri
Geriatri adalah cabang
kedokteran yang berkenaan dengan diagnosa dan pengobatan – atau kadang-kadang
hanya pengelolaan – dari kondisi dan gangguan yang terjadi pada usia tua.
Istilah geriatri juga mengacu pada perawatan medis untuk orang tua pada
umumnya. Geriatri berbeda, namun terkait, dengan bidang lain yaitu gerontologi (yang melibatkan studi tentang perubahan yang terjadi
dalam pikiran dan tubuh selama proses penuaan).
Geriatri penting karena
orang dewasa tua mungkin bereaksi terhadap penyakit dan kondisi secara berbeda
dengan orang dewasa muda. Ada juga beberapa kondisi yang secara khusus terkait
dengan penuaan. Misalnya, masalah kesehatan yang biasanya ditemukan di usia tua
mencakup inkontinensia, sering terjatuh, masalah memori, dan efek samping yang
disebabkan oleh obat-obatan.
2.2.
Perubahan Fungsi Organ Pada Geriatri
2.2.1. Perubahan Sistem Imun
Sistem Imun Tubuh
memiliki fungsi yaitu membantu perbaikan DNA manusia; mencegah infeksi yang
disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, dan organisme lain; serta menghasilkan
antibodi (sejenis protein yang disebut imunoglobulin) untuk memerangi serangan
bakteri dan virus asing ke dalam tubuh. Tugas sistem imun adalah mencari dan
merusak invader (penyerbu) yang membahayakan tubuh manusia. Fungsi sistem
imunitas tubuh (immunocompetence) menurun sesuai umur. Kemampuan imunitas tubuh
melawan infeksi menurun termasuk kecepatan respons imun dengan peningkatan
usia. Hal ini bukan berarti manusia lebih sering terserang penyakit, tetapi
saat menginjak usia tua maka resiko kesakitan meningkat seperti penyakit
infeksi, kanker, kelainan autoimun, atau penyakit kronik. Hal ini disebabkan
oleh perjalanan alamiah penyakit yang berkembang secara lambat dan gejala-gejalanya
tidak terlihat sampai beberapa tahun kemudian. Di samping itu, produksi
immunoglobulin yang dihasilkan oleh tubuh orang tua juga berkurang jumlahnya
sehingga vaksinasi yang diberikan pada kelompok lansia kurang efektif melawan
penyakit.
Salah satu perubahan
besar yang terjadi seiring pertambahan usia adalah proses thymic involution 3.
Thymus yang terletak di atas jantung di belakang tulang dada adalah organ
tempat sel T menjadi matang. Sel T sangat penting sebagai limfosit untuk
membunuh bakteri dan membantu tipe sel lain dalam sistem imun. Seiring
perjalanan usia, maka banyak sel T atau limfosit T kehilangan fungsi dan
kemampuannya melawan penyakit. Volume jaringan timus kurang dari 5% daripada
saat lahir. Saat itu tubuh mengandung jumlah sel T yang lebih rendah
dibandingkan sebelumnya (saat usia muda), dan juga tubuh kurang mampu
mengontrol penyakit dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Jika hal ini
terjadi, maka dapat mengarah pada penyakit autoimun yaitu sistem imun tidak
dapat mengidentifikasi dan melawan kanker atau sel-sel jahat. Inilah alasan
mengapa resiko penyakit kanker meningkat sejalan dengan usia.
Salah satu komponen
utama sistem kekebalan tubuh adalah sel T, suatu bentuk sel darah putih
(limfosit) yang berfungsi mencari jenis penyakit pathogen lalu merusaknya.
Limfosit dihasilkan oleh kelenjar limfe yang penting bagi tubuh untuk
menghasilkan antibodi melawan infeksi. Secara umum, limfosit tidak berubah
banyak pada usia tua, tetapi konfigurasi limfosit dan reaksinya melawan infeksi
berkurang. Manusia memiliki jumlah T sel yang banyak dalam tubuhnya, namun
seiring peningkatan usia maka jumlahnya akan berkurang yang ditunjukkan dengan
rentannya tubuh terhadap serangan penyakit.
Kelompok lansia kurang
mampu menghasilkan limfosit untuk sistem imun. Sel perlawanan infeksi yang
dihasilkan kurang cepat bereaksi dan kurang efektif daripada sel yang ditemukan
pada kelompok dewasa muda. Ketika antibody dihasilkan, durasi respons kelompok
lansia lebih singkat dan lebih sedikit sel yang dihasilkan. Sistem imun
kelompok dewasa muda termasuk limfosit dan sel lain bereaksi lebih kuat dan
cepat terhadap infeksi daripada kelompok dewasa tua. Di samping itu, kelompok
dewasa tua khususnya berusia di atas 70 tahun cenderung menghasilkan autoantibody
yaitu antibodi yang melawan antigennya sendiri dan mengarah pada penyakit
autoimmune. Autoantibodi adalah factor penyebab rheumatoid arthritis dan
atherosklerosis. Hilangnya efektivitas sistem imun pada orang tua biasanya
disebabkan oleh perubahan kompartemen sel T yang terjadi sebagai hasil involusi
timus untuk menghasilkan interleukin 10 (IL-10). Perubahan substansial pada
fungsional dan fenotip profil sel T dilaporkan sesuai dengan peningkatan usia.
Fenotip resiko imun
dikenalkan oleh Dr. Anders Wikby yang melaksanakan suatu studi imunologi
longitudinal untuk mengembangkan faktor-faktor prediktif bagi usia lanjut.
Fenotip resiko imun ditandai dengan ratio CD4:CD8 < 1, lemahnya proliferasi
sel T in vitro, peningkatan jumlah sel-sel CD8+CD28-, sedikitnya jumlah sel B,
dan keberadaan sel-sel CD8T adalah CMV (Cytomegalovirus). Efek infeksi CMV pada
sistem imun lansia juga didiskusikan oleh Prof. Paul Moss dengan sel T clonal
expansion (CD8T).
Secara khusus jumlah
sel CD8 T berkurang pada usia lanjut. Sel CD8 T mempunyai 2 fungsi yaitu: untuk
mengenali dan merusak sel yang terinfeksi atau sel abnormal, serta untuk
menekan aktivitas sel darah putih lain dalam rangka perlindungan jaringan
normal. Para ahli percaya bahwa tubuh akan meningkatkan produksi berbagai jenis
sel CD8 T sejalan dengan bertambahnya usia. Sel ini disebut TCE (T cell clonal
expansion) yang kurang efektif dalam melawan penyakit. TCE mampu berakumulasi
secara cepat karena memiliki rentang hidup yang panjang dan dapat mencegah
hilangnya populasi TCE secara normal dalam organisme. Sel-sel TCE dapat tumbuh
lebih banyak 80% dari total populasi CD8. Perbanyakan populasi sel TCE memakan
ruang lebih banyak daripada sel lainnya, yang ditunjukkan dengan penurunan
efektifitas sistem imunitas dalam memerangi bakteri patogen. Hal itu telah
dibuktikan dengan suatu studi yang dilakukan terhadap tikus karena hewan ini
memiliki fungsi sistem imunitas mirip manusia. Ilmuwan menemukan tikus berusia
lanjut mempunyai tingkat TCE lebih besar daripada tikus normal, populasi sel
CD8 T yang kurang beragam, dan penurunan kemampuan melawan penyakit.
Peningkatan sel TCE pada tikus normal menggambarkan berkurangnya kemampuan
melawan penyakit. Ilmuwan menyimpulkan bahwa jika produksi TCE dapat ditekan
pada saat terjadi proses penuaan, maka efektifitas sistem imunitas tubuh dapat
ditingkatkan dan kemampuan melawan penyakit lebih baik lagi. Aging juga
mempengaruhi aktivitas leukosit termasuk makrofag, monosit, neutrofil, dan
eosinofil. Namun hanya sedikit data yang tersedia menjelaskan efek penuaan
terhadap sel-sel tersebut.
2.2.2. Fungsi Mental dan
Somatomotorik
Fungsi mental san
somatomotorik pada lansia mengalamii penurunan. Hal ini bisa dilihat dari
bagaimana daya kognisi mereka ( kecerdasan, kemampuan berhitung, dan penguasaan
ruang) yang sudah mulai berkurang. Bahkan di beberapa kasus, banyak orang
lansia yang memiliki daya ingat tidak bagus sehingga membuat meraka sering
lupa. Kemampuan mereka dalam belajar dan mengambil keputusan juga akan
berkurang. Peluang kemunduran fungsi mental ini akan semakin besar jika orang
yang telah lansia tersebut sudah jarang mengasah otak dan pikirannya. Ketiga,
penurunan fungsi sensomotorik juga banyak dialami oleh orang yang telah lansia.
Biasanya ini ditandai dengan kemampuan meraka dalam melakuakn pergerakan yang
semakin menurun.
Mereka pun juga akan
kesulitan dalam melakukan pekerjaan yang kompleks. Untuk bisa mengatasi masalah
yang satu ini biasanya orang yang telah lansia menggunakan bantuan berbagai
macam alat untuk bisa bergerak dengan lebih mudah seperti kursi roda dan juga
tongkat untuk berjalan dan melakukan aktivitas lainnya. Keempat, orang yang
telah lansia juga akan mengalami penurunan neurofisiologis. Penurunan kemampuan
ini meliputi penghantaran pada bagian saraf otot. Hal inilah yang menyebabkan
meraka gampang sekali mengalami capek dan kelelahan. Disamping itu kemampuan
metabolisme tubuh yang berkurang juga menjadi alasan mengapa banyak dari orang
yang lansia tidak bisa melakuakan aktivitas mereka dengan performa yang terbaik.
Produksi hormone bagi orang yang lansia juga akan semakin menurun kualitasnya.
2.2.3. Kemunduran Motivasi dan
Temperamen
Kemunduran juga terjadi
pada kepribadian orang yang lansia. Mereka akan memiliki motivasi dan tempramen
yang kurang. Namun ada beberapa hal positif yang bisa diperoleh dari hal ini
diantaranya adalah rasa tanggung jawab dan juga pengendalian diri yang semakin
membaik dari waktu ke waktu. Bahkan mereka akan menjadi pribadi yang sopan dan
perhatian terhadap masyarakat sekitar. Semakin tua umur mereka, maka akan
semakin besar rasa sosialisasi yang dimilikinya. Itulah beberapa penurunan yang
dialami oleh orang yang sudah memasukai tahap lansia, dimana semua orang pasti
akan mengalaminya.
2.2.4 Penurunan Organ pada Lansia
Pada masa lansia kulit
tidak lagi mampu meregang elastis. Lapisan luar atau epidermal kulit mulai
menipis karena lapisan dalam dermis menjadi lebih berserabut. Terjadi
pengeriputan, kerja kelenjar peluh dan kelenjar minyak dalam kulit yang
berfungsi melumasi, memelihara, dan memperlancar kelenturan kulit menjadi
kurang efisien. Kelembaban kulit mulai berkurang. Kasus yang terjadi adalah
mu7dahnya lansia terkena penyakit kulit.
Penurunan fungsi internal terjadi pada umumnya
pada sistem Kardiovasculair, pernapasan, saraf, sensori dan muskuloskeletal.
Pada sistem pembuluh jantung, tekanan darah menurun dan efisiensi kerja jantung
tinggal 80%. Jantung mulai kehilangan otot serabutnya dan pembuluh darah
menjadi semakin kaku dan kurang elastis. Jaringan mengalami atropi, arteri mengeras
dan menciut. Kekuatan otot jantung melemah, ukuran sel oto jantung mengecil dan
kaluaran jantung juga mengecil. Kasus yang sering terjadi adalah terganggunya
sistem jantung dan peredaran darah.
Kapasitas pernapasan turun menjadi 75 %
(dibandingkan dengan kapasitas optimum 100%). Struktur paru-paru mulai
kehilangan sebagian dari sifat elastisitanya. Napas mulai tidak teratur dan
sering mengalami sesak karena suplai oksigen berkurang. Kecepatan syaraf dalam
merespons perintah dari otak ke serabut otot menurun sampai 10%. Terjadi
redukasi aliran darah ke otak, penurunan konsumsi oksigen dan glukosa, terjadi
juga atropi celebral dan penyusutan berat otak sehingga daya ingat
semakin melemah dan pikun (alzeimer) karena beban pekerjaan yang tinggi.
Kemampuan sensori pada
masa lansia mengalami serangkaian kemunduran sejalan dengan berkurangnya fungsi
organ internal tubuh. Penglihatan sudah mengalami penurunan sehingga umumnya
sudah membutuhkan kaca mata sebagai alat bantu. Fungsi pendengaran juga
mengalami kemunduran. Kekuatan dan daya otot, masa otot dan elastisitasnya
menurun. Pada wanita biasanya terjadi tulang melemah dan densitasnya menurun
(osteoporosis). Deposit garam mineral pada tulang meningkat sehingga
menimbulkan sakit dan linu pada persendian penggul dan lutut. Biasanya orang
yang memiliki berat badan berlebih beresiko mengalami berbagai penyakit
degeneratif.
2.2.5. Perubahan Anatomik pada
Sistema Muskuloskeletal
Massa tulang kontinu
sampai mencapai puncak pada usia 30-35 tahun setelah itu akan menurun karena
disebabkan berku¬rang¬nya aktivitas osteoblas sedangkan aktivitas osteoklas
tetap normal. Secara teratur tulang mengalami turn over yang dilaksana¬kan
melalui 2 proses yaitu; modeling dan remodeling, pada ke¬adaan normal jumlah
tulang yang dibentuk remodeling sebanding dengan tulang yang dirusak. Ini
disebut positively coupled jadi masa tulang yang hilang nol. Bila tulang
yang dirusak lebih banyak terjadi kehilangan masa tulang ini disebut
negatively coupled yang terjadi pada usia lanjut.
Dengan bertambahnya
usia terdapat penurunan masa tulang secara linier yang disebabkan kenaikan turn
over pada tulang sehingga tulang lebih pourus. Pengurangan ini lebih nyata pada
wanita, tulang yang hilang kurang lebih 0,5 sampai 1% per tahun dari berat tulang
pada wanita pasca menopouse dan pada pria diatas 80 tahun, pengurangan tulang
lebih mengenai bagian trabekula dibanding dengan kortek. Pada pemeriksaan
histologi wanita pasca menopouse dengan osteoporosis spinal hanya mempunyai
trabekula kurang dari 14%. Selama kehidupan laki-laki kehilangan 20-30% dan
wanita 30-40% dari puncak massa tulang.
Pada sinofial sendi
terjadi perubahan berupa tidak ratanya permukaan sendi terjadi celah dan
lekukan dipermukaan tulang rawan. Erosi tulang rawan hialin menyebabkan pembentukan
kista di rongga sub kondral. Ligamen dan jaringan peri artikuler menga¬lami
degenerasi Semuanya ini menyebabkan penurunan fungsi sendi, elastisitas dan
mobilitas hilang sehingga sendi kaku, kesu¬litan dalam gerak yang rumit.
Perubahan yang jelas
pada sistem otot adalah berkurangnya masa otot terutama mengenai serabut otot
tipe II. Penurunan ini disebabkan karena otropi dan kehilangan serabut otot.
Perubahan ini menyebabkan laju metabolik basal dan laju komsumsi oksigen
maksimal berkurang. Otot menjadi mudah lelah dan kecepatan laju kontraksi
melambat. Selain penurunan masa otot juga dijumpai berkurangnya rasio otot dan
jaringan lemak.
2.2.6. Perubahan anatomik pada
sistema kardiovaskuler
A. Jantung
(Cor).
Elastisitas dinding aorta menurun dengan
bertambahnya usia. Disertai dengan bertambahnya kaliber aorta. Perubahan ini
terjadi akibat adanya perubahan pada dinding media aorta dan bukan merupakan
akibat dari perubahan intima karena aterosklerosis. Perubahan aorta ini menjadi
sebab apa yang disebut isolated aortic incompetence dan terdengarnya bising
pada apex cordis.
Penambahan usia tidak menyebabkan
jantung mengecil (atrofi) seperti organ tubuh lain, tetapi malahan terjadi
hipertropi. Pada umur 30-90 tahun massa jantung bertambah (± 1gram/tahun pada
laki-laki dan ± 1,5 gram/tahun pada wanita).Pada daun dan cincin katup aorta
perubahan utama terdiri dari berkurangnya jumlah inti sel dari jaringan fibrosa
stroma katup, penumpukan lipid, degenerasi kolagen dan kalsifikasi jaringan
fibrosa katup tersebut. Daun katup menjadi kaku, perubahan ini menyebabkan
terdengarnya bising sistolik ejeksi pada usia lanjut.
Ukuran katup jantung tampak bertambah.
Pada orang muda katup antrioventrikular lebih luas dari katup semilunar. Dengan
bertambahnya usia terdapat penambahan circumferensi katup, katup aorta paling
cepat sehingga pada usia lanjut menyamai katup mitral, juga menyebabkan
penebalan katup mitral dan aorta. Perubahan ini disebabkan degenerasi
jaringan kalogen, pengecilan ukuran, penimbunan lemak dan kalsifikasi.
Kalsifikasi sering terjadi pada anulus katup mitral yang sering ditemukan pada
wanita. Perubahan pada katup aorta terjadi pada daun atau cincin katup. Katup
menjadi kaku dan terdengar bising sistolik ejeksi
B. Pembuluh
Darah Otak
Otak mendapat suplai darah utama dari
Arteria Karotis Interna dan a.vertebralis. Pembentukan plak ateroma sering
dijumpai didaerah bifurkatio kususnya pada pangkal a.karotis interna, Sirkulus
willisii dapat pula terganggu dengan adanya plak ateroma juga arteri-arteri
kecil mengalami perubahan ateromatus termasuk fibrosis tunika media hialinisasi
dan kalsifikasi. Walaupun berat otak hanya 2% dari berat badan tetapi
mengkomsumsi 20% dari total kebutuhan oksigen komsumsion. Aliran darah serebral
pada orang dewasa kurang lebih 50cc/100gm/menit pada usia lanjut menurun
menjadi 30cc/100gm/menit.
Perubahan degeneratif yang dapat
mempengaruhi fungsi sistem vertebrobasiler adalah degenerasi discus veterbralis
(kadar air sangat menurun, fibrokartilago meningkat dan perubahan pada mukopoliskharid).
Akibatnya diskus ini menonjol ke perifer mendorong periost yang meliputinya dan
lig.intervertebrale menjauh dari corpus vertebrae. Bagian periost yang
terdorong ini akan mengalami klasifikasi dan membentuk osteofit. Keadaan
seperti ini dikenal dengan nama spondilosis servikalis. Discus intervertebralis
total merupakan 25% dari seluruh collumna vertebralis sehingga degenerasi
diskus dapat mengakibatkan pengurangan tinggi badan pada usia lanjut.
Spondilosis servikalis berakibat 2 hal pada a.vertebralis, yaitu:
1) Osteofit
sepanjang pinggir corpus vetebrales dan pada posisi tertentu bahkan
dapatmengakibatkan oklusi pembuluh arteri ini.
2) Berkurangnya
panjang kolum servikal berakiabat a.verterbalies menjadi berkelok-kelok.
Pada posisi tertentu pembuluh ini dapat
tertekuk sehingga terjadi oklusi. Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh
darah arteri pada usia lanjut seperti telah diuraikan diatas, dapat dimengerti
bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan terhadap
peru¬bahan-perubahan, baik perubahan posisi tubuh maupun fungsi jantung dan
bahkan fungsi otak
C. Pembuluh
Darah Perifer. Arterosclerosis yang berat akan menyebabkan penyumbatan arteria
perifer yang menyebabkan pasokan darah ke otot-otot tungkai bawah menurun hal
ini menyebabkan iskimia jaringan otot yang menyebabkan keluhan kladikasio.
2.2.7. Perubahan Anatomik pada
Sistem Pernafasan (System Respiratorius)
A. Dinding
dada: Tulang-tulang mengalami osteoporosis, rawan mengalami osifikasi sehingga
terjadi perubahan bentuk dan ukuran dada. Sudut epigastrik relatif mengecil dan
volume rongga dada mengecil.
B. Otot-otot
pernafasan: Musuculus interkostal dan aksesori mengalami kelemahan akibat
atrofi.
C. Saluran
nafas: Akibat kelemahan otot, berkurangnya jaringan elastis bronkus dan aveoli
menyebabkan lumen bronkus mengecil. Cicin rawan bronkus mengalami pengapuran.
D. Struktur
jaringan parenkim paru: Bronkiolus, duktus alveoris dan alveolus membesar
secara progresip, terjadi emfisema senilis. Struktur kolagen dan elastin
dinding saluran nafas perifer kualitasnya mengurang sehingga menyebabkan
elastisitas jaringan parenkim paru berkurang. Penurunan elastisitas jaringan
parenkim paru pada usia lanjut dapat karena menurunnya tegangan permukaan
akibat pengurangan daerah permukaan alveolus. Perubahan anatomi tersebut
menyebabkan gangguan fisiologi pernapasan sebagai berikut:
1) Gerak
pernafasan: adanya perubahan bentuk, ukuran dada, maupun volume rongga dada
akan merubah mekanika pernafasan menjadi dangkal, timbul gangguan sesak nafas,
lebih-lebih apabila terdapat deformitas rangka dada akibat penuaan.
2) Distribusi
gas: perubahan struktur anatomik saluran nafas akan menimbulkan penimbulkan
penumpukan udara dalam alveolus (air trapping) ataupun gangguan pendistribusian
gangguan udara nafas dalam cabang bronkus.
3) Volume
dan kapasitas paru menurun: hal ini disebabkan karena beberapa faktor: (1)
kelemahan otot nafas, (2) elastisitas jaringan parenkim paru menurun, (3)
resistensi saluaran nafas (menurun sedikit). Secara umum dikatakan bahwa pada
usia lanjut terjadi pengurangan ventilasi paru. d. Gangguan
transport gas: pada usia lanjut terjadi penurunan PaO2 secara bertahap,
penyebabnya terutama disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi. Selain itu diketahui bahwa pengambilan O2 oleh darah dari
alveoli (difusi) dan transport O2 ke jaringan berkurang, terutama terjadi pada
saat melakukan olahraga. Penurunan pengambilan O2 maksimal disebabkan antara
lain karena: (1) berbagi perubahan pada jaringan paru yang menghambat difusi
gas, dan (2) kerena bertkurangnya aliran darah ke paru akibat turunnyan curah
jantung.
4) Gangguan
perubahan ventilasi paru: pada usia lanjut terjadi gangguan pengaturan
ventilasi paru, akibat adanya penurunan kepekaan kemoreseptor perifer,
kemoreseptor sentral atupun pusat-pusat pernafasan di medulla oblongata dan
pons terhadap rangsangan berupa penurunan PaO2, peninggian PaCO2, Perubahan pH
darah arteri dan sebagainya.
2.2.8. Perubahan Anatomik pada
Sistem Pencernaan (System Digestivus)
A. Rongga
Mulut (Cavum Oris)
- Gigi (Dentes)
·
Atrial: Hilangnya
jaringan gigi akibat fungsi pengunyah yang terus menerus. Dimensi vertikal
wajah menjadi lebih pendek sehingga merubah penampilan /estetik fungsi
pengunyah.
·
Meningkatkan insiden
karies terutama bagian leher gigi dan akar, karies sekunder di bawah tambalan
lama.
·
Jaringan penyangga gigi
mengalami kemunduran sehingga gigi goyang dan tanggal.
- Muskulus Koordinasi dan kekuatan muskulus menurun sehingga terjadi pergerakan yang tidak terkontrol dari bibir, lidah dan rahang orafacial dyskinesis.
- Mukosa Jaringan mukosa mengalami atrofi dengan tanda-tanda tipis, merah, mengkilap, dan kering.
- Lidah (Lingua) Manifestasi yang sering terlihat adalah atrofi papil lidah dan terjadinya fisura-fisura. Sehubungan dengan ini maka terjadi perubahan persepsi terhadap pengecapan. Akibatnya orang tua sering mengeluh tentang kelainan yang dirasakan terhadap rasa tertentu misalnya pahit dan asin. Dimensi lidah biasanya membesar dan akibat kehilangan sebagian besar gigi, lidah besentuhan dengan pipi waktu mengunyah, menelan dan berbicara.
- Kelenjar liur (Glandula Salivarius) Terjadi degenerasi kelenjar liur, yang mengakibatkan sekresi dan viskositas saliva menurun.
- Sendi Temporo Mandibular (Art Temporo Mandibularis) Perubahan pada sendi Temporo Mandibularis sering sudah terjadi pada usia 30-50 tahun. Perubahan pada sendi Temporo Mandibularis ini akibat dari proses degenerasi. Dengan manifestasi adanya TM joint sound, melemahnya otot-otot mengunyah sendi, sehingga sukar membuka mulut secara lebar.
- Tulang Rahang (Os Maxilare dan Os Mandibulare) Terdapat resorbsi dan alveolar crest sampai setinggi 1 cm terutama pada rahang tanpa gigi atau setetelah pencabutan.
B. Lambung
(Ventriculus) Terjadi atrofi mukosa, atrofi sel kelenjar dan ini menyebabkan
sekresi asam lambung, pepsin dan faktor intrinsik berkurang. Ukuran lambung
pada lansia menjadi lebih kecil, sehingga daya tampung makanan berkurang.
Proses pengubahan protein menjadi pepton terganggu. Karena sekresi asam lambung
berkurang rangsang rasa lapar juga berkurang. Absobsi kobalamin menurun
sehingga konsentrasi kobalamin lebih rendah.
C. Usus
halus (Intestinum Tenue) Mukosa usus halus mengalami atrofi, sehingga luas
permukaan berkurang jumlah vili berkurang yang menyebebabkan penurunan proses
absorbsi. Di daerah duodenum enzim yang dihasilkan oleh pancreas dan empedu
menurun, sehingga metabolisme karbohidrat, protein dan lemak menjadi tidak
sebaik sewaktu muda. Keadaan seperti ini menyebabkan gangguan yang disebut
sebagai maldigesti dan mal absorbsi.
D. Pankreas
(Pancreas Produksi ensim amylase, tripsin dan lipase menurun sehingga
kapasitas metabolisme karbohidrat, protein dan lemak juga menurun. Pada lansia
sering terjadi pankreatitis yang dihubung¬kan dengan batu empedu. Batu empedu
yang menyumbat ampula vateri menyebabkan oto-digesti parenkim pankreas oleh
ensim elastase dan fosfolipase-A yang diaktifkan oleh tripsin dan/atau asam
empedu.
E. Hati
(Hepar) Ukuran hati mengecil dan sirkulasi portal juga menurun pada usia
kurang dari 40 tahun 740 ml/menit, pada usia diatas 70 tahun menjadi 595
ml/menit. Hati berfungsi sangat penting dalam proses metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak. Disamping juga memegang peranan besar dalam proses
detoksikasi, sirkulasi, penyimpanan vitamin, konyugasi, bilirubin dan lain
sebagainya. Dengan meningkatnya usia secara histologik dan anatomik akan
terjadi perubahan akibat atrofi sebagian besar sel, berubah bentuk menjadi
jaringan fibrous sehingga menyebabkan penurunan fungsi hati. Hal ini harus di
ingat terutama dalam pemberian obat-obatan.
F. Usus
Besar dan Rektum (Colon dan Rectum) Pada
colon pembuluh darah menjadi ber kelok-kelok yang menyebabkan motilitas colon
menurun, berakibat absobsi air dan elektrolit meningkat sehingga faeses menjadi
lebih keras sering terjadi konstipasi.
2.2.9.
Perubahan Anatomik pada Sistema Urinarius
A. Ginjal (Ren). Setelah umur 30 tahun mulai
terjadi penurunan kemampuan ginjal dan pada usia 60 tahun kemampuan tingggal
50% dari umur 30 tahun, ini disebabkan berkurangnya populasi nefron dan tidak
adanya kemampuan regenerasi. Dengan menurunnya jumlah populasi nefron akan
terjadi penurunan kadar renin yang menyebabkan hipertensi. Terjadi penebalan
membrana basalis kapsula Bowman dan terganggunya permeabilitas, perubahan
degeneratif tubuli, perubahan vaskuler pembuluh darah kecil sampai hialinisasi
arterioler dan hiperplasia intima arteri menyebabkan disfungsi endotel yang
berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin yang menyebabkan resobsi natrium
ditubulus ginjal. Efisien ginjal dalam
pembuangan sisa metabolisme terganggu dengan menurunnya massa dan fungsi ginjal
·
jumlah neufron tinggal
50% pada akhir rentang hidup rata-rata
·
aliran darah ginjal
tinggal 50% pada usia 75 tahun
·
tingkat filtrasi
glomerlusdan kapasitas ekskresi maksimum menurun.
B. Kandung
Kemih (Vesica Urinarius). Dengan bertambahnya usia kapasitas kandung kemih
menu¬run, sisa urin setelah selesai berkemih cenderung meningkat dan kontraksi
otot kandung kemih yang tidak teratur sering terjadi keadaan ini menyebabkan
sering berkemih dan kesulitan menahan keluarnya urin. Pada wanita pasca
menopouse karena menipisnya mukosa disertai dengan menurunnya kapasitas,
kandung kemih lebih rentan dan sensitif terhadap rangsangan urine, sehingga
akan berkontraksi tanpa dapat dikendalikan keaadan ini disebut over active
bladder. Gangguan ini mengenai sekurang-kurangnya 50 juta orang di negara yang
berkembang. Normal berkemih seorang
sehat dalam waktu 24 jam adalah: 1100-1800 cc, frekuensi kurang 8 kali,
nokturna kurang 2 kali, volume berkemih rata-rata 200-400 cc, dan volume
maksi¬mum berkemih 400-600 cc.
2.2.10.
Perubahan Anatomik pada sistema Syaraf Pusat (Systema Nervosum Centrale).
A. Otak
Berat otak kurang lebih 350 gram pada saat kelahiran kemudian meningkat menjadi
1,375 gram pada usia 20 tahun, berat otak mulai menurun pada usia 45-50 tahun
penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan volume otak
berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak mengandung lebih 100
million sel termasuk diantarnya sel neuron yang berfungsi menyalurkan impuls
listrik dari susunan saraf pusat. pada penuaan otak kehilangan 100.000 neuron
/tahun. Neuron dapat mengirim signal kepada beribu-ribu sel lain dengan
kecepatan 200 mil/jam. Pada orang tua
Sulci pada permukaan otak melebar sedang¬kan girus akan mengecil. Pada orang
muda rasio antara subtansia grisea dan substansia alba 1 : 28, pada orang tua
menurun menjadi 1 : 13. Terjadi penebalan meningeal, atropi cerebral (berat
otak menurun 10% antara usia 30-70 tahun. Secara berangsur-angsur tonjolan
dendrit dineuron hilang disusul membengkaknya batang dendrit dan batang sel.
Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat
deposit lipofusin (pigment wear &tear yang terbentuk di sitoplasma,
kemungkinan berasal dari lisosom atau mitokondria). RNA, Mitokondria dan enzym
sitoplasma menghilang, inklusi dialin eosinofil dan badan Levy, neurofibriler
menjadi kurus dan degenerasi granulovakuole. korpora amilasea terdapat
dimana-mana dijaringan otak.
Berbagai perubahan degeneratif ini meningkat pada individu lebih dari 60 tahun dan menyebabkan gangguan persepsi, analisis dan integrasi, input sensorik menurun menyebabkan gangguan kesadaran sensorik (nyeri sentuh, panas, dingin posisi sendi). Tampilan sensori motor untuk menghasilkan ketepatan melambat. Gangguan mekanisme mengontrol postur tubuh dan daya anti grafitasi menurun, keseimbangan dan gerakan menurun. Daya pemikiran abstrak menghilang, memori jangka pendek dan kemampuan belajar menurun, lebih kaku dalam memandang persoalan, lebih egois dan introvet.
Berbagai perubahan degeneratif ini meningkat pada individu lebih dari 60 tahun dan menyebabkan gangguan persepsi, analisis dan integrasi, input sensorik menurun menyebabkan gangguan kesadaran sensorik (nyeri sentuh, panas, dingin posisi sendi). Tampilan sensori motor untuk menghasilkan ketepatan melambat. Gangguan mekanisme mengontrol postur tubuh dan daya anti grafitasi menurun, keseimbangan dan gerakan menurun. Daya pemikiran abstrak menghilang, memori jangka pendek dan kemampuan belajar menurun, lebih kaku dalam memandang persoalan, lebih egois dan introvet.
B. Saraf
Otonom Pusat pengendali saraf otonom adalah hipotalamus. Penelitian tentang
berbagai gangguan fungsi hipotalamus pada usia lanjut saat ini sedang secara
intensif dilakukan di berbagai senter, yang antara lain diharapkan bisa
mengungkap berbagai penyebab terjadi¬nya gangguan otonom pada lansia. Beberapa
hal yang dikatakan sebagai penyebab terjadinya gangguan otonom pada usia lanjut
adalah penurunan asetilkolin, atekolamin, dopamin, noradrenalin.
·
Perubahan pada
‘neurotransmisi” pada ganglion otonom yang berupa penurunan pembentukan
asetil-kolin yang disebabkan terutama oleh penurunan enzim utama
kolin-asetilase.
·
Terdapat perubahan
morfologis yang mengakibatkan pengurangan jumlah reseptor kolin Hal ini
menyebabkan predeposisi terjadinya hipotensi postural, regulasi suhu sebagai
tanggapan atas panas/dingin terganggu, otoregulasi disirkulasi cerebral rusak
sehingga mudah terjatuh.
BAB
III
PENUTUP
Proses menua disebabkan
oleh faktor intrinsik, yang berarti terjadi perubahan struktur anatomik dan
fungsi sel maupun jaringan disebabkan oleh penyimpangan didalam sel/jaringan
dan bukan oleh faktor luar (penyakit) di mana hal tersebut terjadi secara alami
dan tidak dapat dihindari. Terjadinya perubahan anatomik pada sel maupun
jaringan tiap saat dalam tahapan kehidupan menjadi ilmu yang bermanfaat untuk
menangani pasien geriatri. Dengan mengetahui adanya penurunan struktur anatomi
dan fungsi tubuh pada lansia atau geriatri, maka akan disesuaikanlah segala
macam peawatan dan pengobatan maupun perilaku sesuai dengan proporsinya.
DAFTAR PUSTAKA
Best B. 2006. Mechanism of Aging://wysiwyg 1 /file/e/mechanism of
Aging htm.
Brain & Aging, 2006. http://www.biorap.org/rg/rgagebrainaging. html
Brain & Aging, 2006. http://www.biorap.org/rg/rgagebrainaging. html
Carola R, Harley JP, Noback, 1990. Human Anatomy and Physiology.
McGraw-Hill Publishing Company. Carmel R, 1997. Cobalamin, Stomach, and Aging.
Am J Clin Nutr 1997; 66: 750-9.
Darmojo RB, 2001. A Visit to Geriatric Heart Disease
(Sukaman Lecture). Medika no. 6 TahunXXVII, Juni 2001.
Darmojo RB, 2002. Penatalaksanaan Penderita Lanjut Usia
secara Terpadu. Medika no. 1 tahun XXVIII, juni 2002.
Darmojo RB, et al, 2004. Buku Ajar Geriatri.Balai Penerbit FK UI
Jakarta.
Djuwantoro D, 2006. Overactive Bladder. Patofisiologi dan
Penatalaksanaan. Medika no.6 Tahun XXXI, juni 2006.
Guttman M. The Aging Brain. http://www.usc.edu/hsc/info /pr/hmm/01spring/brain.html
Laksmiasanti, 1987. The Pathophysiology of Brain Ischaemia.
Geriatrics Symposium on Dementia and Brain Ischaemia
Reiman E, 2006. What Physical Changes Happen to The Brain?
Russell RM, 1992. Changes in Gastrointestinal Function Attributed
to Aging. Am J Clin Nutr 1992; 55:1203s-7s.
Soejono CH, 2004. Pasien Geriatri dan Permasalahannya. Medika no.5
tahun XXX, Mei 2004.
Taslim H, 2001. Gangguan Muskuloskeletal pada Usia Lanjut. Medika
no. 7 Tahun XXVII, Juli 2001.
( Many thanks to my best friend Feny...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar dengan bijaksana dan menggunakan hati nurani serta tanpa mengandung unsur SARA,Sex dan Politik